Moon Throne

MonicaLo
Chapter #2

BAB 2

Sudah lama Luna tidak masuk ke dalam Perpustakaan Bulan Perak Agung. Buku-buku berderet rapi dengan label-label bertuliskan kode buku tertempel pada punggung buku, memudahkan untuk melacaknya bila hilang atau mengembalikan pada tempatnya. Perpustakaan Bulan Perak Agung dijaga oleh seorang wanita fraksi Penyembuh, Viatrix. Viatrix suka berkeliling Bumi, mencari buku-buku dan membawanya ke Bulan untuk diletakkan di perpustakaan. Tak heran klan Bulan dapat menemukan buku apapun yang dicari dalam perpustakaan ini.

Perpustakaan Bulan Perak Agung terdiri dari tiga lantai yang seluruh dindingnya tertutup buku. Kecuali bagian sayap Barat yang masih kosong, menunggu untuk dipenuhi buku juga. Langit-langitnya mengerucut dan terbuat dari kaca, sehingga jika mendongak akan langsung melihat langit. Jendelanya berukuran raksasa, terbuat dari mozaik-mozaik. Di bagian tengah setiap lantai ada banyak meja dan kursi empuk untuk membaca. Buku-buku ditata rapi, dikelompokan sesuai dengan jenisnya. Walaupun jumlah bukunya banyak, tetapi tak satupun buku terlihat tidak terawat. Semua bersih dan rapi.

“Selamat pagi, Viatrix,” sapa Luna pada wanita di meja dekat pintu perpustakaan.

Viatrix terlonjak kaget karena ia terlalu serius membaca buku di hadapannya. Wanita berkacamata itu mendongak. Senyumannya segera mengembang ketika melihat pengunjung setia perpustakaan menyapanya.

“Selamat pagi, Putri Luna. Apakah pelatihan anda sudah selesai?” tanya Viatrix.

“Sayangnya belum. Aku dipanggil pulang oleh Ratu karena pertemuan untuk Festival Bulan. Kau bergabung, Viatrix? Atau lebih memilih menjaga buku-buku kesayanganmu?”

Viatrix tertawa pelan, tidak mau mengganggu pengunjung perpustakaan yang lain. “Anda sangat mengerti saya, Putri. Saya tidak akan pernah meninggalkan harta karun saya.”

Perpustakaan Bulan Perak Agung tidak pernah sepi. Tempat ini adalah surga bagi banyak penduduk klan Bulan. Informasi sekecil apapun dapat ditemukan di sini. Tetapi, walaupun selalu banyak pengunjung, anehnya Perpustakaan Bulan Perak Agung adalah tempat tersunyi di Bulan. 

Luna melangkahkan kaki menuju lantai tiga dan langsung menuju sayap sebelah Timur. Di lantai tiga ini khusus buku-buku karangan penduduk klan Bulan. Ada jurnal fraksi Penghijau tentang tanaman-tanaman baru yang berhasil mereka tumbuhkan, strategi perang yang dikarang fraksi Penjaga, teknik penyembuhan juga resep-resep ramuan oleh fraksi Penyembuh, resep-resep masakan dari fraksi Regenerasi dan benda-benda baru yang dibuat fraksi Perajin. Pada sayap Timur yang sedang dituju Luna terdapat buku-buku sejarah, legenda, mitos klan Bulan.

Luna mengambil salah satu buku yang sempat ia baca judulnya saja sebelum pergi ke Bumi. Sebuah buku yang menggelitik rasa penasarannya. Buku berjudul Legenda Sang Dewi. Ditulis oleh Farren. Buku itu jelas sudah sangat tua. Kertasnya sudah menguning walau masih terjilid rapi. Tulisannya masih tulisan tangan pengarangnya. Luna penasaran, siapakah Farren itu? Karena ia tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Maka ia membuka halaman terakhir buku legenda itu, mencari jejak sang pengarang. Namun nihil. Lembar terakhir berisi tulisan tangan Farren yang tidak selesai. Buku ini tidak mencapai kata tamat.


Inilah legenda terkelam klan Bulan yang dibungkam oleh sang dewi. Tak pernah diumbar, sengaja dihapus dari permukaan Bulan. Jejak sejarah yang terekam menghilang dalam semalam, digantikan sejarah baru yang didukung seluruh penduduk. Kecuali aku. Silahkan letakkan jika tidak percaya, namun silahkan balik halaman ini jika kau ingin tahu sesungguhnya. Niscaya apa yang kau percaya akan sirna

Farren 


Kalimat pembuka yang ditulis Farren menggelitik Luna. Sejarah klan Bulan sudah dia hafal semenjak ia bisa membaca tapi tidak ada yang semenarik ini bagi Luna. Ini memang legenda, belum tentu benar. Rasa penasaran membuat Luna membalik halaman.


Dahulu kala, Bulan tak mempunyai penduduk. Permukaannya berupa bukit-bukit terjal dan gersang. Tapi Sang Pencipta rupanya membutuhkan kaki tangan. Dihembuskan-Nya napas kehidupan di permukaan Bulan. Ialah Diana, sang dewi. Fitrahnya seperti manusia Bumi. Berparas cantik dengan kesaktian tiada tara. Dengan kesaktiannya tersebut, ia menciptakan lima kekuatan esensial Bulan, Penghijau, Regenerasi, Penjaga, Perajin dan Penyembuh. 

Namun sakti saja tidak cukup. Sang dewi kesepian karena sendiri di Bulan. Setiap malam dia menangis, menciptakan sungai-sungai di permukaan Bulan. Dia menginginkan teman, membujuk Sang Pencipta agar menciptakan dewi atau dewa seperti dirinya. Sang Pencipta belum mengabulkan, membuat sang dewi marah dan mengentak-entakkan kakinya, membuat bukit-bukit menjadi rata. Bulan tak lagi terjal dan gersang. 

Dalam kesendiriannya ia menuliskan jurnal. Pada sebuah perkamen yang dia ambil dari kulit pohon pinus yang ia tanam di sekitar sungai. Sang Pencipta prihatin. Diana diperbolehkan turun ke Bumi. Sang dewi senang bukan kepalang. Ia membawa perkamen-perkamen kosong dan turun ke Bumi, tepat di sebuah hutan lebat yang ia namai Hutan Bayang-Bayang Gelap karena lebatnya hutan tersebut sehingga tak ada cahaya yang dapat masuk.

Luna tersentak ketika tiba-tiba ada sentuhan halus dipundaknya. Luna menghentikan aktivitas membacanya dan bertemu pandang dengan dua pasang bola mata milik sepupunya, Keitha. Keitha, yang merupakan adik kandung Kale, tersenyum geli melihat Luna yang kaget.

“Bagaimana kabarmu, sepupu? Maaf kalau aku belum menemuimu,” kata Keitha.

Luna langsung merangkul pundak Keitha. Buku karangan Farren langsung dikembalikan pada raknya. 

“Aku baik-baik saja. Kau sibuk apa sampai-sampai tidak menyapa calon kakak iparmu?” tanya Luna sambil berpura-pura cemberut.

Rona merah menjalari kedua pipi Keitha. Luna langsung paham artinya.

Lihat selengkapnya