Menuliskan ucapan terima kasih selalu menghasilkan tangis haru karena menyadari betapa baiknya Tuhan. Terima kasih untuk-Mu, Allah, yang ciptakan orang-orang luar biasa dan mempertemukannya kepadaku. Terima kasih juga:
Untuk Ibuk, Bapak, kedua adikku Chanif Fachriza dan Rahmi Yumna Madina, matur nuwun segala kasih dan pengertiannya karena aku jarang pulang dan keseringan nge-bolang. *sun satu-satu*.
Untuk peranakanku Upech, Ndandut, Dina, Uji, Tika, terima kasih segala dukungan ke Emak. Terima kasih sering mengingatkan istirahat saat dekat-dekat deadline. Terima kasih sudah membantu nyari judul. Hihihi ....
Untuk Rani, Mbak Pun, Ali, Banu, intinya kapan kita nge-bolang dan rumpi berjamaah lagi?
Untuk Cici Henny Chan, teman sekamar di Ciawi yang memberikan energi luar biasa untuk novel ini karena segala cerita tentang festival kue bulan. Novel ini mungkin lahir berdekatan dengan hari lahir Papamu yang bertepatan dengan festival kue bulan. Selamat ulang tahun untuk Papamu, Ci.
Untuk Bastian Hidayat yang telah bersedia ditodong menerjemahkan bahasa Melayu. Matur nuwun, Bas. Ndang mulih lan dolan Sleman. Rumpi syariah bareng Ayin dan Mbak Kalis.
Untuk Mbak Kalis, remaja udzur yang tampak kuat, tetapi lebih kuat kegalauannya, semoga kita bersatu dengan “Akhi” masing-masing. LOL X))