Singkat cerita, hari terakhir ujian Nasional pun tiba. Bunyi bel menandakan waktu ujian telah berakhir. Nuwar, yang terlihat puas dengan hasil ujiannya mendatangi meja Denis.
"Den, gimana?" Nuwar bertanya sambil menepuk pundaknya.
"Aman kok. Walaupun sepuluh soal terakhir ngasal," balas Denis. "Wih, lo keliatan seneng banget nih, pasti lo bener semua ya jawabnya?" lanjut Denis.
"Lumayan, Den. Nggak sia-sia gue belajar."
"Wih, selamat ya." Denis menepuk dada Nuwar. "Gimana kalo hari ini kita ngerayain kelulusan lo?"
"Oh iya, tadi lo telat ya. Kata Kepsek kita nggak boleh nyoret-nyoret baju, mendingan disumbangin kata dia"
"Halah, ada-ada aja. Coret-coret itu udah jadi budaya di SMP ini". Denis membereskan alat tulisnya. Nuwar melakukan hal yang sama. Keduanya berjalan keluar kelas. "Udah, nanti gue jemput. Kita berangkat sama yang lain. Gue mau kordinasi sama anak-anak kelas lain."
"T—tapi, Den," ucap Nuwar.
Denis berjalan meninggalkan Nuwar dan menuju kelas lainnya. Melihat hal itu, Nuwar pun memutuskan untuk pulang sendirian.
Pada sore harinya, Denis, Ahmad, dan Kevin sudah berada di depan rumah Nuwar. Mereka memanggil Nuwar yang berada di dalam kamarnya. Nuwar lalu melihat lewat jendela . Ia melihat Denis dan yang lainnya berdiri di luar dengan seragam sekolah lengkap, bersiap untuk merayakan kelulusan mereka yang sebenarnya belum terjadi. Nuwar pun keluar menemui mereka.
"War, ayo cepet. Nanti ketinggalan sama yang lain," ajak Denis.
"Mau kemana sih emangnya?" tanya Nuwar.
"Udah, jangan banyak tanya. Ayo cepet, kita mau ke rumah Fauzan dulu ngambil mobil."
"Mobil!?" Nuwar bertanya dengan nada tinggi. "Mad, Kev?" Nuwar meminta kejelasan kepada keduanya.
"Ayolah nakal sekali aja, War. Nanti SMA udah nggak bisa ngerasain lagi." ujar Ahmad.
"Kalo gue sih cuma ikut-ikutan aja, War" ujar Kevin dengan polosnya.
"Udah ayo cepetan, nanti ketinggalan yang lain," potong Denis. Ia merangkul pundak Nuwar dan berjalan ke rumah Fauzan. Ahmad dan Kevin mengikuti mereka dari belakang.
Sesampainya si rumah Fauzan, mereka melihat mobil yang sudah diparkir di depan rumahnya. Fauzan muncul dari pintu garasi dan memberikan kunci mobilnya ke Denis. "Nih, bawa."
Denis terdiam kebingungan. "Loh, kok gue? katanya lo bisa bawa mobil?"
"Emang bisa sih, tapi gue ngeri. Emangnya lo nggak bisa?" tanya Fauzan.