Mami melepas sarung tangan dapur saat hendak meletakkan hidangan terakhir di atas meja, banyak jenis lauk di atas meja karena seseorang akan segera datang. Setelah itu, mami duduk di kursi sejenak dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana, karena usianya yang sudah tua, mami harus menggunakan kacamata untuk bisa membaca tulisan – tulisan handpone lalu memencet nomor panggilan.
Mami : "Halo ning? Sudah dimana ngana (kau)?"
Nining : "Kita (saya) sudah di taksi mi. Sedang dalam perjalanan ke rumah mami."
Mami : "Oke. Hati – hati ya. Mami, papi tunggu. Jika sudah sampai kabarin toh."
Nining : "Oke mi."
Percakapan terputus. Mami membereskan apa yang harus dibereskan. Rumah yang sederhana dan pas ditempati dua orang, tidak membuat banyak pekerjaan bagi mami yang mengerjakan sendirian dan mami sendiri kriterianya sangat rapi, rumah pun juga harus keadaan rapi.
*****
Dalam perjalanan dari bandara, Nining telah sampai di rumah, lalu mami menyambutnya dengan makanan penuh di atas meja sambil berdiskusi banyak hal tentang keluarga.
Nining : "Semua ini mami yang masak?"
Mami : "Siapa lagi toh selain mami."
Papi : "Bagaimana kabar mama dan papa, baik?"
Nining : "Baik pi."
Papi : "Ngana (kamu) masih ingat Mora kan?"
Nining : Mora? Aku masih ingat, dulu kami masih kecil suka main di sungai. Dimana dia sekarang?"
Mami : "Kerja dia, di riau, pekanbaru sana."
Papi : "Kau tau ning. Kau itu kan sama Mora sepupu kandung, sangat bagus kau dan Mora itu menikah, karena kau dan Mora pariban. Di dalam batak, pariban itu sangat bagus menikah, tapi sayang kau itu Manado.”
Mami : "Ya. Manado tidak boleh menikah dengan sepupu atau saudara sendiri. Itu sama seperti larangan pada umumnya.”
Nining bukan anak kandung dari mami maupun papi, melainkan anak dari abangnya mami. Nining keturunan dari papanya Manado, sedangkan mami menikah dengan orang batak dan memiliki anak bernama Mora. Jadi, Nining dan Mora adalah pariban atau diartikan sepupu kandung walaupun berbeda suku. Tak masalah jika Nining memanggil kedua orangtua Mora dengan sebutan mami dan papi. Umurnya masih 23 tahun, ia harus merantau dari manado ke Jakarta karena ajakan mami untuk kuliah. Jadi, Nining juga harus belajar banyak tentang Jakarta.
Nining : "Opung juga bilang seperti itu. Misalnya aku orang batak, aku sudah dijodohkan dengan Mora karena aku paribannya, tapi karena tidak bisa, aku mau dijodohkan sama saudaranya opung."
Papi : "Yasudahlah. Bagaimanapun Nining dan Mora itu tetap satu saudara, Mora akan menjadi abang untuk Nining."
Sambil ngobrol mulut tetap bergerak mengunyah, masih banyak pertanyaan yang mami dan papi tanya kan hal tentang keluarga sampai tak terasa makan siang telah selesai. Dengan inisiatifnya, Nining membereskan piring - piring kotor bekas mami, papi dan dirinya punya. Tidak ada sedikit pun makanan tersisa di piring itu.
Nining : "Biar aku saja mi."
Mami : "Oke. Mami yang membereskan lauk ini."
Tidak hanya membawa piring kotor saja ke dapur, Nining juga mencuci piring dan mangkok bekas lauk. Kepribadian yang Nining miliki adalah terbiasa, dia terbiasa melakukannya sendiri tanpa harus disuruh atau membiarkan orang lain melakukannya. “Ning.” Panggil mami sambil mengelap – elap meja makan.
Nining : "Ia mi."
Mami : "Kan mami yah yang menyuruhmu datang kesini untuk kuliah. Nah... Jadi maksud mami, ngana (kau) tunda dulu kuliahnya, mami mau ngana kursus bahasa inggris dulu... ada teman mami, nanti mami minta tolong sama dia untuk daftarkan kau, dekat daerah sini. Nanti kita bisa pikirkan lagi soal kuliahmu. Bagaimana menurut ngana?"
Selesai mencuci piring, Nining menghampiri mami. "Oh jadi Nining kursus dulu? Kuliahnya nanti - nanti saja?"
Mami : "Ya. Mami mau kamu bisa bahasa inggris."
Tidak ada alasan untuk menolak. Nining langsung menyetujuinya, karena masih ada orang yang mau menolong untuk mengejar pendidikan. "Oh... oke mi."
Mami : "Sekarang jika ngana sudah selesai, boleh masuk kamar, beres - beres barangmu atau mandi, terserah."
Nining : "Oke mi."
Nining kembali ke ruang tamu untuk mengambil kopernya yang sementara taruh di sana lalu masuk ke kamar. Di depan kaca Nining bercermin sebentar, tiba – tiba ada panggilan masuk, suara itu terdengar dari dalam tas selempangnya yang digantungkan di balik pintu. Tertera nama mama dari panggilannya.
Nining : "Ya Syalom ma."
“Nining sudah sampai di rumah mami.”