Hari berikutnya. Seperti biasa. Keseharian Nining hanya membantu mami di rumah, masak, nyuci, dan lain – lain. Tidak lupa untuk ikut les kursusnya. Setelah Mora mengetahui bahwa Nining ada di rumahnya. Mora selalu menghubungi Nining. Saat sedang masak atau ada waktu luang, Nining menyempatkan diri untuk mengangkat telepon darinya dan berbicara tentang menanyakan kabarnya, apa yang sedang dilakukan Nining, bagaimana keadaan rumah, dan basa - basi lainnya. Tapi, mereka berdua belum memiliki perasaan. Seperti yang dikatakan papi, hanya sebatas kakak adik atau saudara.
Hingga akhirnya setelah seminggu kemudian, Mora pulang. Taksi memasuki rumah - rumah kampung dengan lampu senjanya untuk menerangi jalan, lalu berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Mami. Penumpang tersebut adalah papi dan Mora.
Mora : “Terima kasih pak.”
Untuk waktu yang lama, Mora kembali lagi ke rumahnya dengan tas besarnya di pundaknya. Ia yang membukakan pintu gerbang. Papi dan Mora masuk ke dalam rumah dalam suasana sepi karena Mami dan Nining sudah tidur nyenyak di kamar.
Papi : “Mami dan Nining sudah tidur. Lebih baik kamu ganti baju dan tidur. Papi mau masuk kamar."
Papi kembali masuk ke kamarnya dan Mora di sofa sedang menyiapkan bajunya untuk ganti. Dirinya ada rasa senang bisa kembali lagi ke rumah setelah sekian lama. Untuk sementara ini Mora tidur di sofa, karena tidak ada kamar kosong lagi untuknya. Kamarnya yang dulu sudah ditempati untuk Nining tinggal.
*****
Kebesokkan harinya. Mami menyiapkan lauk yang sangat spesial khas manado yaitu cakalang pampis dan tumis daun pepaya, sedangkan Nining sibuk menata piring – piring, sendok serta gelas. Semua tertata rapi di atas meja makan yang berbentuk bundar.
Mami : “Mora... Ayo makan siang. Papi..”
Mora berhenti menyikat sepatunya dengan sikat gigi bekas di teras depan, lalu mencuci tangannya dengan air keran dan kemudian beranjak ke ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Papi juga sama. Sebelum makan dimulai tidak lupa berdoa. Setelah itu makan siang siap disantap.
Seperti biasa mami menyendok nasi untuk papi. Setelah mami menyendok nasinya. Mora mempersilahkan nining untuk menyendok nasinya terlebih dahulu. Setelah itu dirinya baru bisa menyendok nasinya. Hanya suara sendok dan piring yang berbunyi di antara mereka.
Mima : “Mor. Mumpung ngana ada di sini dan Nining juga sudah lama di sini. Kau itu harus sama Nining terus ya. Mami mau, kemana pun Nining pergi, ngana itu harus ikut dengan Nining. Mami gak mau nanti Nining dekat – dekat dengan cowok yang tidak dia kenal. Trus mumpung ngana ada di sini juga. Ajaklah Nining jalan – jalan, kasihan dia di rumah terus bantu mami.”
Nining : "Nining soal bantu - bantu mami bukan suatu masalah selama Nining disini. Itu sudah menjadi kewajiban Nining. Dulukan kita (saya) juga yang selalu merawat opung, hanya Nining yang bisa, jadi kita (saya) so sudah biasa soal bantu - bantu."
Mora : “Bagaimana kalau kita (saya) ajak ngana nonton?”
Papi : “Pergilah pergi. Biar tau dia Jakarta dan tidak bosan di rumah terus.”
Nining : “Mami, papi ikut?”