Mora & Nining

Yohanna Claude
Chapter #3

Pernyataan

Daerah cawang adalah tempat inang dan amangtua tinggal. Meski sudah pensiun, bukan berarti kehidupan mereka berubah. Pemilik rumah masih memiliki kekayaan yang melimpah, dan memiliki penjaga yang sangat ketat. Mora harus berhadapan langsung dengannya sebelum bertemu dengan pemilik rumah. Lalu satpam mengatakan bahwa inangtua sudah menunggu di halaman belakang tempat gazebo.

Mora : “Siang inangtua.” 

Inangtua : "Hei. Sudah makan kau?"

Mora : "Sudah nangtua." Mora duduk di sebrang inangtua sambil memandang tanah kosong yang akan siap ditanam.

Walaupun umur inangtua lebih tua dibanding mami, tapi dilihat secara jasmani dan pola pikirnya masih sangat sehat.

Inangtua : "Tunggu ya. Tanaman yang Inangtua beli lagi dalam perjalanan."

Mora : “Gakpapa nangtua. Amangtua dimana, nangtua?”

Inangtua : “Di dalam sedang nonton TV. Gimana kabar papi, mami mu?”

Mora : “Baik, nangtua, baik. Ada Nining di rumah, nemenin mami, papi.”

Nanguda : “Nining? Siapa dia?”

Mora : “Pariban ku nangtua, anak dari abangnya mami.”

Nangtua : “Berarti pariban mu nginap disana? orang manado dong?”

Mora : “Iya nangtua. Sebenarnya bukan nginap, tapi sudah tinggal di rumah, karena mami yang menyuruh Nining untuk kuliah di Jakarta. Tapi sebelum kuliah mami sudah kursusin Nining bahasa inggris.”

Inangtua : “Oh ya. Bagus dong. bahasa inggris itu memang penting."

Tiba - tiba suara klakson berbunyi dari luar pagar.

Inangtua : "Itu sudah datang tukangnya."

Mora : “Nanti apa saja yang akan saya atur nangtua?”

Inangtua : “Inangtua mau tanah sebelah sini ditanami rumput dulu, baru ditanami pohon cemara agar terlihat tidak terlalu gersang, trus tanahnya kan kosong sampai ke belakang, itu ditanami bibit pisang, pohon mangga, rambutan, jeruk nipis, karena inangtua pikir, tanahnya luas jadi inangtua manfaatkan dengan tanaman yang menghasilkan buah."

Mora : “Oke oke. Benar nangtua, sangat bagus ada pohon yang menghasilkan buah, bisa dimakan kalau sudah panen. Sangat bagus.”

Lihat selengkapnya