Kejadian kemarin bukan berarti Nining melupakan kejujuran Mora tentang apa yang ada di hatinya. Saat sedang makan siang, Nining tidak bisa tenang, dia takut Mora akan mengatakan pengakuannya di depan mami dan papi. Nining sempat melirik Mora, kelihatannya Mora menikmati makan siangnya dan tidak ada kegelisahan di wajahnya. Nining berusaha tetap tenang dan tidak memikirkan apapun. Sampai makan siang selesai, seperti biasa Nining mencuci piring - piring kotor, mami menyimpan sisa makanan, Mora dan papi sedang makan buah jeruk masih di meja makan. Keheningan ini membuat Nining gelisah, tapi dia tetap pura - pura tenang sampai Mora akhirnya angkat bicara.
Mora : Kita (saya) suka sama Nining.
Saat itu juga, tangan Nining diam bekerja mendengar pengakuan Mora yang akhirnya terkuak. Mami dan papi langsung menoleh ke Mora dengan tatapan tidak mengerti.
Mora : "Kita (saya) suka sama Nining."
Papi : "Tidak apa - apa kau menyukai Nining sebagai adek kan."
Mora : "Bukan, kita (saya) suka sama Nining bukan sebagai adekku, tapi lebih dari itu. Aku tetap anggap Nining pariban walaupun dari pihak mami bertentangan."
Mami : "Apa maksud ngana?"
Mora : "Kita (suka) sama Nining. Mi." Ketiga kalinya Mora mengatakan yang sama sambil menatap mami dengan ekspresi serius.
Mami : "Gak bisa. Mami tidak setuju."
Nining hanya diam di depan wastafel sambil mendengarkan percakapan mereka. Nining sudah yakin, hal itu pasti akan terjadi meskipun tidak tahu kapan akan terjadi. Mora benar - benar nekad atas pengakuannya, tidak peduli apapun resikonya. Nining mengerti perasaan Mora, tapi Nining memilih apa yang dikatakan Mami.
Mami : "Mami tidak perlu lagi memperjelas alasannya. Mami tahu kalian berdua sudah paham."
Mora : "Maaf mi. Mora tidak bisa."
Melihat Mora keras kepala, mami sangat marah. "Nining kau dengar. Kemari ngana."
Nining dengan kuat hati menghampiri mami. Tiba - tiba hal mengejutkan di depan mata Nining. Mami memegang asbak yang terbuat dari kaca dengan ukuran besar dan asbak itu ingin dijatuhkan ke atas kepala mora.
Mami : "Mami harap ngana jawab jujur. Apakah ngana suka sama Mora, tapi menganggap Mora sebagai abang?"
Nining takut asbak itu akan jatuh ke kepala Mora jika ia menjawab jujur, tapi di sisi lain Nining tidak mudah untuk berbohong. Mami, papi dan Mora menatap Nining bersamaan dan menunggu jawabannya. “Iya mi. Kita (saya) suka sama Mora, tapi bukan sebagai abang.”
Nining sudah takut jika mami melepas asbak dari tangannya, ternyata hal itu tidak terjadi. Ekspresi mami sudah sangat marah keduanya telah mengatakan perasaan yang tersembunyi selama ini. Berbeda lagi dengan Mora, ada rasa senang mendengar kejujuran dari Nining, paribannya.
Papi : “Mora itu anggap kau saudara, ning.”
Nining : “Bukan pi, kita (saya) memang suka sama Mora.”
Mami : "Tidak bisa...! Kalian berdua melawan mami ya? Saya mau telpon bang ucok, jangan kalian main - main ya!"
Mami pergi ke ruang tamu dan duduk di sana dengan hati yang sangat kesal untuk menelepon ucok dan melaporkan kejadian ini. Mami sangat kuat dengan adatnya, apa yang sudah ditentukan oleh adat manado tidak boleh dilanggar, karena itu mami menentang persetujuan ini.
Mami : "Halo. Ucok."
Ucok : "Ia mi."