More

Trippleju
Chapter #6

Rel Kereta

[+628xxxxx]

• Ini Kenan

• Jam setengah 4 lo harus udah ready depan rumah

• Gua udah tau rumah lo, jadi ga perlu shareloc

• Gak ready jam segitu gua puter balik


Zaara bisa mendengar nada ancaman dari pesan teks yang diterimanya pukul setengah dua belas malam itu. Kenan menghubunginya menggunakan kontak lain, bukan kontak yang saat ini masih menjadi wallpaper di ponselnya.

Salah satu sudut bibir Zaara terangkat saat melihat jarum jam menunjukkan pukul 15.45 WIB. Padahal, ia sudah berdiri di depan gerbang rumahnya tepat sepuluh menit sebelum waktu menunjukkan pukul setengah empat. Persis seperti yang Kenan inginkan.

Suara klakson motor terdengar dari ujung jalan. Deru knalpot yang terdengar alot, berhenti tepat di depan berdirinya seorang gadis yang sudah menyilangkan tangannya di depan dada.

"Yok!" ajak Kenan sambil menepuk-nepuk jok belakang vespanya.

"Gak ready jam segitu, gua puter balik," cibir Zaara menirukan pesan teks dari Kenan.

Kenan mengeluarkan ponselnya. Jam pada layar pipih itu menunjukkan pukul 15.54 WIB. Kenan sudah menduga bahwa ia tidak akan sampai di tempat Zaara tepat waktu, meskipun ia sudah berangkat lebih awal. Lantas Kenan meminta maaf dan menjelaskan bahwa selama perjalanan menuju rumahnya, vespa kesayangannya itu harus istirahat beberapa kali.

"Gak usah nyalah-nyalahin vespa,"ketus Zaara.

Kenan terdiam sejenak, "Terus, gua harus puter balik, nih?"

"Gue yang mau puter balik!" sahut Zaara kesal.

Ia memutar tubuhnya membelakangi Kenan, hendak memasuki kembali gerbang rumahnya jika saja Kenan tidak menahan lengan gadis itu.

"Kan gua udah minta maaf," sesal Kenan. "Lagian, gua tau cewek tuh dandannya pasti lama."

Merasa tidak terima, Zaara kembali memutar tubuhnya menghadap Kenan. Gadis itu kemudian mengikat rambutnya yang terurai dengan asal. Lantas, sedikit mendekatkan wajahnya ke Kenan.

"Ada gak gue dandan?"

Kenan yang sedikit terkejut tetapi mencoba untuk tetap tenang itu, memicingkan matanya. Menatap wajah gadis di hadapannya yang memang tampak tidak dipoles apapun.

"Masih cantik, sih," komentar Kenan.

Seketika Zaara menjauhkan wajahnya. Ia memutar bola matanya malas. Ia sudah tahu, Kenan hanya sedang berusaha membuatnya melunak. Tentu tidak akan berhasil, batin Zaara. Namun, tidak ingin membuat rencana awalnya menjadi rusak hanya gara-gara hal kecil, akhirnya Zaara segera menaiki jok belakang vespa Kenan tanpa berniat menanggapi apapun.

"Ini ... gua gak diajak masuk dulu, nih?"

"Lo pengen banget gue ajak masuk?" Zaara balik bertanya.

"Iya."

"Lagi gak ada orang."

"Yah, padahal gua udah mempersiapkan diri buat kenalan sama orang tua lo, bahwa betapa beruntungnya lo punya temen kayak gua," ujar Kenan dengan tingkat percaya diri yang amat tinggi.

Zaara sudah benar-benar malas menanggapi dan memilih diam. Duduk dengan tenang di belakang Kenan dan tidak memedulikannya. Kenan juga menyadari bahwa Zaara sudah jenuh dengan candaan dirinya. Lantas, ia memberikan helm kepada Zaara, sedangkan Zaara hanya menerima dan menaruh pelindung kepala itu di pangkuannya.

"Gua kasih helm buat dipake."

Zaara tetap bergeming dan mengacuhkan setiap perkataan teman laki-lakinya itu. Kenan yang merasa diabaikan, turun dari motor dan mengambil helm tersebut dari pangkuan Zaara.

"Bilang kalo gak bisa," ujarnya sambil memakaikan helm itu di kepala Zaara.

"B-bisa gue!" Mendadak Zaara gugup sendiri. "Lagian kita mau kemana sih, Ken?"

"Ke tempat dimana orang-orang kayak lo gak pernah sentuh," jawab Kenan sambil menyalakan kembali mesin motornya.

Zaara tak membalas ucapannya. Akan sangat sulit beradu argumen dengan orang seperti Kenan yang selalu membuat Zaara tidak bisa menjawab. Selalu membuatnya skakmat.

"Bismillah gak mogok lagi ya, Yang."

"Heh?!" Zaara terkejut.

Kenan yang mendengar itu pun ikut terkejut.

"Lo bilang apa tadi?!" sambung Zaara.

"Apa?!"

Kenan mencoba mencerna kembali pertanyaan Zaara. Ia merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya.

"Yang?! Lo bilang, 'yang'?!" tanya Zaara penuh penekanan yang akhirnya Kenan menyadari sesuatu dan tertawa.

"Itu vespa gua, namanya Eyang."

"Oh."

"Kenapa? Lo kira gua manggil lo 'sayang'? Ya kalo mau, gak masalah, sih," goda Kenan menahan tawanya.

"Jamet banget lo!" ketus Zaara yang membuat tawa Kenan meledak.

Lihat selengkapnya