Kevin POV On.
Hari ini adalah hari Minggu, yang artinya semua atlet yang ada di asrama semuanya libur. Gue menggulingkan badan ke kanan dan ke kiri untuk mengatasi rasa bosan yang melanda.
Biasanya hari Minggu kayak gini gue mabar sama Rayen. Tapi, Minggu ini waktunya dia jalan sama cewenya. Jangan tanya gue dia kemana, karena anak itu kalau pacaran bucinnya akut.
Gue langsung berjalan gontai ke dalam kamar mandi dan melakukan ritual mandi gue. Di dalam kamar mandi, gue terus bersenandung dengan ria sambil menggosokkan tubuh gue dengan sabun.
"Waktu pertama kali, kulihat dirimu hadir. Rasa hati ini, inginkan dirimu. Hati tenang mendengar, suara indah menyapa. Geloranya hati ini tak ku sangka."
"Rasa ini tak tertahan, hati ini selalu untukmu. Terimalah lagu ini dari orang biasa, tapi cintaku padamu luar biasa."
Srrrrrrrr.
Setelah menyanyikan beberapa bait lagu, Gue langsung mengguyur badan gue dengan air shower. Hanya bunyi air showerlah yang menggema di dalam kamar mandi ini. Setelah puas dengan acara mandi, gue langsung keluar dan memakai baju gue dengan lengkap.
Gue langsung memegang handphone dan scroll beberapa timeline yang ada di Instagram. Hingga akhirnya gue melihat story dari Chelsea yang sedang duduk di balkon kamarnya dengan di temani segelas teh hangat dan novel di tangannya.
"Chelsea udah pulang? Wah, parah banget ini anak ya. Dia pulang dari Yogyakarta gak bilang sama gue. Liat aja nanti," ucap gue dengan sebal. Gue langsung mengambil jaket, dompet, dan kunci mobil gue di atas meja nakas.
Gue pun keluar kamar, terlihat ada Fajar, Jonie, Fernando, dan Edward yang sedang berbincang-bincang di ruangan tengah asrama.
"Mau kemana, Kak?" tanya Edward ke arah gue.
"Mau jalanlah, emangnya kalian jomblo yang bisanya ngedekem di asrama aja. Cari pacar gih," jawab gue sambil meledek yang lainnya.
"Ntar Kak, gue mau langsung ngajak ke pelaminan aja. Kalau pacaran mah kelamaan dramanya, kalau udah nikahkan mau ngapain aja bebas."
"Wah, parah emang otak lo ini Edward! Gue aja yang udah umur kepala dua mikirnya belum sampe sana. Lo yang masih belasan tahun udah mikir dewasa banget," celetuk Fajar.
"Gila otak lo, abis di cuci sama siapa? Fajarkan pasti?" tuduh Kevin
"Fajar teros, apapun yang jeles pasti Fajar yang kena bantalan. Fajar baik, Fajar nurut, Fajar pinter, jadi Fajar diem aja di hujat sama manusia ekstrak melinjo kayak dia," ucap Fajar dengan dramatis.
Pletak!
Satu jitakan mulus mendarat di kepala Fajar, yang membuat si empunya meringis kesakitan.
"Cari pacar ndas lo?! Ini udah mau turnamen ya, mikirin turnamen dulu aja. Kalau masalah jodoh itu urusan belakangan. Btw mau jalan sama siapa lo? Wah, jangan-jangan sama Mb yang kemarin itu ya, Vin?" tuduh Fajar.
"Lo kayak gak tau aja sih Jar, gebetan Kevin banyak. Jadi, tinggal pilih aja lo mau yang mana. Hari ini jalan sama yang ini, besok jalan sama yang onoh, besoknya jalan sama yang satunya, dan seterusnya. Beda sama kita," celetuk Jonie.
Mendengar ucapan Jonie, gue langsung mengelus-ngelus dada dengan pelan dan mendelik kan mata gue sebal. "Kayak sendirinya aja engga," celetuk gue dengan sebal.
"Lah gue mah setia Kak, gue sama Verika doang kalau jalan. Emangnya lo, semuanya di ajak jalan." Fajar, Edward, dan Jonie mereka tertawa puas melihat gue yang sedang kesal.
"Udahlah gue mau jalan dulu. Takut di tungguin, bye-bye para jomblo. Jangan lupa ya kalau udah di beresin semuanya," ledek Kevin ke arah mereka semua.