Coffee Buy
Julian mengambil kunci di tas, membuka cafe dan membersihkannya. Mengeluarkan papan menu istimewa hari ini.
Dia melihat ke sekeliling apa ada yang mengikutinya hari ini. Setelah dia bertemu dengan orang itu, semuanya seakan tidak berjalan lancar.
“Jul,” panggil seseorang di belakangnya.
Julian menoleh kebelakang dia terkejut melihat orang ini ada di cafe pagi-pagi. “Jer? Ngapain lo kesini pagi-pagi?”
“Lah ini cafe gue kan? Terus kenapa kalau gue dateng kesini? Gak boleh?”
“Biasanya juga gak mau dateng pagi-pagi kenapa? Nyari sesuatu?”
“Gue mau ambil sesuatu, ah terus tolong bilangin Gris, gue ke Singapur bentar. Mungkin semingguan.”
“Jer gue boleh nanya gak?”
“Sure, why?”
“Lo sebenernya liburan atau nyari orang?”
Jerry terdiam sambil mengambil satu map di dalam laci. “Lo pernah ngeliat ini?” tanyanya.
“Never. This cafe may just be open for two months but I know you like 3 years. And I can see you like someone who’s looking for someone.”
Jerry duduk di bangku, Julian pun juga duduk di sana dia juga menatap Jerry yang terus memegang map itu.
“I am looking for someone. Tapi mungkin dia emang gak mau ketemu gue.”
“Some chicks?”
“No. I can’t tell you anything.”
“Dan gue juga gak mau tau urusan lo, udah lo pergi aja sebelum Gris dateng, dari pada nanti ketemu dia terus dia marah lo gak bisa pergi.”
“Thanks. Gue pergi dulu.”
“Hati-hati.”
Jerry melangkah pergi namun tiba-tiba dia kembali lagi. “Oh iya Jul, did you still talk to her?”
“Why? Gris said something?”
“She just sent me a photo, a business card of Amber Fashion, Erin Krisinskei.”
“What do you want me to say?”
“Jul. Kalau lo emang.”
“Gak ada Jer. Gak ada. And please. Stop talking about this.”
Julian mulai meninggikan nada suaranya dan Jerry tahu dia tidak mau di paksa untuk mengatakan apapun tentang masa lalunya. Jerry melihat ada pelanggan dan dia pun menghentikan perdebatan itu.
“We got a customer. I’ll go.”
-
Elena Apartment
Alarm berbunyi.
Elena membuka matanya mematikan alarm yang berbunyi cukup kencang. Seperti biasa dia membersihkan rumah dan membuka kabinet di dapur.
“Ah, iya, gak ada kopi,” caraunya kesal.
Elena menatap ke sekeliling, dilihatnya cup kopi yang kemarin dia minum. “Hmm. Mau gak mau kayanya.”
Elena langsung membuat oats dan memakannya secepat mungkin, dia juga mandi dan bersiap-siap. Sudah jam 9 pasti cafe itu juga sudah buka.
Elena mengambil ipad, kacamata serta ponselnya. Dia langsung keluar mengunci kamarnya dan pergi keluar.
Membuka pintu lift dan menekan tombol G. Elena tersenyum tidak percaya.
“Gak percaya gue, gue sekarang keluar sukarela gini gimana coba.”
“Mba El pagi,” sapa satpam.
“Oh, pagi pak.”
“Keluar lagi hari ini?”
“Iya pak saya keluar dulu ya.”
Elena berjalan dari gedung apartemennya, berjalan menikmati udara pagi yang agak sejuk. Sampai di depan pintu cafe itu.
Elena membaca papan menu istimewa. Caramel Frappuccino dan shaken latte with caramel sauce. “Manis manis banget menunya.”
Seseorang keluar dari dalam cafe itu, dia terlihat tidak senang begitu keluar dari sana. Elena masuk ke dalam cafe.
“Welcome to Coffee Buy!” sapa Julian.
Julian melihat Elena terkejut. “Oh, beneran dateng ternyata. Mau pesen apa?”
“Eh udah buka belum sih?”
“Udah kok, udah buka. Siang ini gue jaga sendirian.”
“Gue penasaran sama menu spesial. Manis gak sih?”
“Manis dong kaya gue,” canda Julian.
Elena tersenyum. “Enggak deh kalau gitu, AA aja.”
“Gue becanda beneran. Sorry sorry.”
“Nggak papa, paham kok gue. Gue gak suka manis soalnya,” jawab Elena.