Morning Coffee

Ang.Rose
Chapter #9

So Now?

Grishey masuk ke ruangan di belakang konter, dia menatap sebuah pigura kecil di meja. Foto pembukaan cafe ini bersama dengan tim.

Cafe ini dulu seakan menjadi jawaban dari doa-doa Grishey agak Jerry tidak akan pergi kemana-mana seperti dulu. Tapi sepertinya, hal itu percuma.

Jerry tetap bepergian seperti biasanya. Ketika dia mencoba bertanya Jerry hanya akan diam dan tersenyum.

Grishey sudah lama menunggu Jerry, seperti yang Jerry minta sejak mereka pertama kali bertemu 3 tahun lalu.

Entah apa akan terjadi sekarang apa dia yang akan menyerah dan pergi. Tapi kalau dia pergi belum tentu Jerry akan mencarinya seperti ini.

Drrtt~!

Grishey teralihkan dengan ponselnya yang bergetar. “Grishey.”

“Gris, ini Ben, lo udah denger dari Jerry?”

“Dia telfon lo?” tanya Gris.

“Iya, dia tadi nelfon gue. Dia nggak nelpon lo?”

“Dia gak peduli sama gue Ben, jadi gak mungkin telpon gue. Gue sama anak-anak sepakat buat tutup hari ini, gimana? Apa gue buka aja tetep?”

“Gris, dia peduli sama lo percaya sama gue. Gue baru bisa kesana kayaknya besok. Hari ini kalau mau tutup gak papa tutup aja, gue ngurus yang disini dulu, gue gak bisa asal langsung ninggalin yang disini.”

“Gue paham, yaudah lo urus aja dulu yang di sana. Gue ngurusin yang disini. Semua orang mungkin ngeliatnya Jerry peduli, tapi dia lebih memilih untuk pergi walau gue bilang ke dia untuk tetap disini.”

“Gris. Lo, gak papa?”

“Gue kenapa-napa Ben tapi gue berusaha untuk yaudah aja sama keadaan. Jerry gak mau gue ikut campur di hidupnya dan gue gak bisa paksa itu.”

“Gue tahu alasan dia kaya gini, dan alasan gue mau gantiin dia di cafe, tapi Gris. Lo tahu gue gak mungkin cerita itu, karena bukan hak gue untuk cerita ke lo.”

“Ben, gue gak minta lo udah ceritain itu. Gue udah dari 3 tahun lalu nunggu dia buat cerita dan jujur ke gue, tapi tetep dia gak mau cerita.”

“So now, you wanna go? Leave him alone?”

“I want to. But I’m afraid he will never look for me if I go.”

“Gris, gak kaya gitu…”

“Udah ya Ben, gue brief anak-anak dulu. Bye.”

.

.

Luke meletakkan ponselnya. “Vid!” teriak Luke dari dalam ruangan.

David masuk keruangan. “Kenapa sih? Harus banget teriak?”

“Vid gue beneran harus pergi, lo mulai jalan kapan?”

“Harusnya besok, kenapa?”

“Tunda dulu 2 hari, si sekretaris itu udah dihubungi?”

“Jenni udah telfon sih, besok dia kerja, kenapa harus ditunda?”

“Gue cuti ya 6 bulan ya.”

David memejamkan matanya sebentar. “Bentar. Gue paham Jerry pergi lagi, dia hilang lagi. Tapi lo cuti buat ngurusin cafe-nya Jerry?”

“Ya gue harus ngurusin cafe itu Vid. Kalau Jerry pergi dan gak bisa balik lebih dari seminggu gue harus ngurusin anak-anak cafe beserta dengan cafenya.”

“Oke iya gue paham Jerry juga temen gue. Tapi El 6 bulan, projek kita bulan depan gimana? Pemerannya Letysia juga. Belum lagi kita mau ke Grup Har juga, lo gak mikir?”

“Vid, kan lo tahu gue sama dia gimana, gue harus bantu dia.”

“Fine, tapi selama lo kerja di cafe lo gak boleh dateng kesini, gue gak mau sekretaris baru itu yang jago banget mikir dan ngomong jadi pengen resign gara-gara liat lo jadi tukang jaga kasir.”

“Oke. Berarti, kasih hp ini aja ke dia buat kontekkan sama gue ya,” Luke memberikan ponsel yang dia ambil dari laci meja kerjanya.

“Oke. Kita ketemu 6 bulan lagi.”

.

Coffee Buy.

Lihat selengkapnya