Coffee Buy, 8:00 AM.
Luke menunggu di depan pintu cafe hingga dia melihat laki-laki bertubuh tinggi muncul di hadapannya, dia ingat, laki-laki ini adalah barista pertama yang ditemukan oleh Jerry di Inggris.
“Masnya siapa?” tanya Julian.
“Ah, saya Ben.”
“Hah, masa? Kayaknya banyak berubah ya?”
“Kayaknya lo deh yang banyak berubah dari foto.”
“Ya, lumayan, ayo masuk,” Julian mengeluarkan kunci cafe dan membukanya.
“Yang lain belum dateng?”
“Oh belum, biasanya emang gue yang buka cafe, kita kan gak terima dine in sampe jam 10, jadi kadang gue sendiri sampe jam segitu, bisa mesen makan juga diatas jam 10, kalau jam 8:30 sampe jam 10 cuma kopi. Lo mau?” tawar Julian.
“Boleh, ini lo langsung siap-siap bikin kopi?”
“Ah iya, soalnya, pelanggan tetap kita, suka dateng pagi-pagi buat take away.”
“Oh orang yang mau berangkat kerja gitu ya?”
“Iya. Kalau pelanggan pagi kaya gitu, nih, kopi lo. Sekalian sini gue ajarin kasir, soalnya biasanya Jerry yang nemenin gue kasiran pagi.”
Luke mendekat sembari mengingat petunjuk yang diberikan oleh Julian, Luke pada dasarnya adalah orang yang cepat belajar dan itu membuat pekerjaan Julian jauh lebih mudah.
“Gimana? Oke?” tanya Julian.
“Oke, oke, bisa kayaknya. Sorry ya, malah bikin lo mesti ngajarin gue.”
“Santai, tenang.”
Julian kembali ke mesin kopi, dia membuat 2 gelas espresso lagi. Dan meletakkan di tempat lain. Seakan dia menyimpan dua gelas espresso itu untuk nanti.
“Buat siapa Jul?”
“Ada deh.”
Julian keluar dari konter dan mulai merapikan kursi serta meja. Dia juga mengubah plang tutup menjadi buka, serta mengganti papan menu spesial.
Hari ini menu spesial adalah, Ice Cappuccino with whip cream, dan juga ice matcha latte.
Satu persatu mulai datang dari Rein, Pamungkas hingga akhirnya Grishey. Luke melihat Grishey dan hanya bisa tersenyum sambil mengusap punggung perempuan itu.
Grishey selesai mengganti pakaiannya. “Yuk, yuk brief bentar!” teriak Gris.
“Gue kenalin ya, ini Ben. Jadi selama Jerry gak ada, Ben yang bakal ganti posisi Jerry sekaligus bantu kita di sini,” ucap Grishey.
“Gue harap kalian gak ngerasa bete karena ada gue, gue disini sifatnya beneran membantu ya bukan buat ngebos. Sementara ini gue yang bakal handle kasir, karena kayanya buat bikin kopi butuh skill yang bagus deh, gue nggak,” sambung Luke.
“Jadi Jerry kapan balik?” tanya Pamungkas.
“Gue sebagai orang yang udah kenal dia sejak 10 tahun lalu, gue cuma bisa bilang, gue gak tahu. Jerry orangnya terlalu misterius,” jawab Luke.
“Terus rencana lo sampe kapan disini? Selamanya?” tanya Rein.
“Gue gak mungkin disini selamanya, gue punya kerjaan lain juga. Untuk sementara ini 6 bulan, tapi kalau tiba-tiba Jerry udah balik bulan depan ya gue udahan juga disini.”
“Oke, gue Pamungkas Reksa, panggil aja Pam.”
“Gue Rein.”
“Panggil gue Ben aja ya.”
“Udah jam 8:20, Ben ini celemek lo, selamat bekerja.”
Trings~!
Pintu cafe terbuka, membuat Luke langsung bersiap. “Welcome to Coffee Buy!” sapanya.
Luke terlihat terpesona, perempuan yang masuk terlihat seperti perempuan kutu buku, memakai kemeja putih dengan paduan rok hitam span. Namun dibalut dengan blazer hitam khas milik chanel.
Dia memakai kacamata kotak besar yang menutupi hampir setengah wajahnya, rambutnya yang panjang di kuncir buntut kuda, anak rambutnya keluar di pinggir wajahnya. Seperti berantakan namun elegan.
Namun perempuan itu terlihat sangat terkejut melihat orang di depannya.
“Gris mana?” tanya perempuan itu langsung.
Konter waktu itu kosong hanya ada Luke, Gris dan yang lainnya ke ruang penyimpanan.
“Gris lagi sibuk, biar saya aja yang catet pesanannya, mau apa?”
Perempuan itu mundur dua langkah, dia langsung membuka tasnya dan mengeluarkan dompetnya, dia mengambil kartu dan memberikan kartu serta botol tumblr itu.
Luke bingung namun mau tidak mau dia harus tetap sopan dan tersenyum. Namun saat Luke tersenyum justru membuat perempuan itu menunduk.