Morning Coffee

Ang.Rose
Chapter #17

Don't Give Up

Elena duduk di sofa, begitu pula dengan Bu Naira. Elena tahu betul, perempuan ini siapa. Dialah pemilik asli dari MY Mall.

Perusahaan ini adalah perusahaan keluarganya, yang akhirnya berganti nama ketika dia dan suaminya menikah, dan Elena tidak pernah berpikir bahwa mereka berdua akan bertemu sekarang.

lebih tepatnya Elena tidak berpikir tentang itu ketika akhirnya dia menerima tawaran Pak Lukman untuk mengambil pekerjaan ini.

“Kamu ngapain kesini Elena?” tanyanya.

“Buk, saya beneran gak ada maksud. Saya gak mikir waktu saya terima tawaran itu dari Pak Lukman.”

“Lukman? Lukman yang rekomendasiin kamu? Kamu pikir kamu bisa pegang tanggung jawab? Waktu perusahaan kamu hampir jatuh kamu kemana? Terus sekarang kamu kerja disini, kamu mau bikin kerja keras saya, suami saya, El sama David hancur?”

Elena terdiam. Yang dikatakan oleh Bu Naira ada benarnya. Hal-hal ini yang membuat Elena mengurung dirinya selama ini.

“Buk, saya tahu ibu mau saya keluar dari perusahaan ini.”

“Jelas, Elena, mungkin perusahaan lain mikir bahwa kamu balik kerja itu hal yang bagus, menyegarkan untuk dunia bisnis, karena Elena Mary Gancika balik kerja lagi, tapi buat saya, kamu kerja disini itu malapetaka. Saya gak tau kapan kamu bakal impulsif dan pergi gitu aja.”

“Buk, saya memang gak bisa janji saya gak akan seperti itu lagi tapi, tolong kasih saya kesempatan.”

“Saya tahu El sama David lagi sibuk urus pameran dan kamu ada untuk itu, jadi tolong Elena, setelah pameran selesai, kamu pergi dari sini, saya gak mau perusahaan saya ketemu orang yang gak bisa ngelurusin pikirannya sendiri.”

“Baik buk.”

Bu Naira keluar dari ruangan dan Elena tetap di dalam sana, dia terdiam dan bisa bicara apa-apa. sebelum kecelakaan itu terjadi, banyak hal yang dia pahami, banyak hal yang terjadi padanya.

Kehancuran yang hampir menimpa perusahaan yang dia buat, dia mengorbankan hampir 400 karyawannya hanya demi satu orang laki-laki.

.

Jenni mengantar Bu Naira ke parkiran namun Bu Naira sama sekali tidak bicara. Jenni takut untuk bicara, tapi Bu Naira terus menatapnya.

“Saya gak ikut interview dia, yang interview dia itu David sama Nasya,” ucap Jenni.

“Kalian gak background check dulu apa gimana sih Jen, saya udah bilang berkali-kali, perusahaan kita banyak yang mau ngancurin, apalagi setelah El diangkat.”

“Buk, rekomendasi dia jelas, dari Pak Lukman dan kita juga gak berani karena takut menyinggung Pak Lukman.”

“Biar saya yang ngomong sama Pak Har dan Pak Alan, biar mereka mau kerjasama sama kita, biar Elena gak usah ketemu sama mereka.”

“Buk.. Tapi,”

“Kenapa?”

“Masalah Grup Har, Next TV, VX udah selesai semua sama Elena minggu kemarin.”

“Jadi mereka semua udah pada tahu kalau Elena kerja disini?”

“Iya. Dan rata-rata mereka bilang mereka seneng liat Elena balik kerja lagi. Saya gak ngerti maksudnya apa.”

“Mereka seneng liat anak itu kerja lagi, tapi perusahaan kita yang mempekerjakan dia, saya gak suka liat dia.”

“Bu, emang dia kenapa? Selama ini kerjanya bagus, cuma ya itu saya emang agak curiga karena dia terlalu tertutup. Misterius.”

“Kalau kamu punya keluarga sebesar dia, kamu pasti ngerti.”

Ting~!

Pintu lift terbuka Bu Naira dan Jenni keluar dari lift, di depan mereka sudah ada mobil menunggu.

“Maksudnya buk?” tanya Jenni terakhir sebelum Bu Naira menutup pintu.

“Gancika. Kamu cari nama itu.”

-

Terminal 3 Soekarno Hatta, Kedatangan Internasional.

“Siang bu, selamat datang lagi di Indonesia, mau langsung balik ke Bali apa gimana?” seorang laki-laki bertubuh besar yang ada di depannya.

Lihat selengkapnya