Morning Coffee

Ang.Rose
Chapter #31

Chapter 31 : Let's make an agreement

Marina Family House.

Luke kembali kerumah, begitu pula dengan Alex yang sudah lebih dulu pulang kerumah, satu hal yang sekarang membuat Alex bingung melihat adiknya, Luke tampak berbeda, setelah beberapa hari menyendiri dan akhirnya bertemu dengan David dan Jerry.

Pertemanan mereka bertiga tidak pernah ada yang mengerti, mereka hanya 3 orang mahasiswa di Australia yang tiba-tiba bertemu dan akhirnya berteman.

Luke adalah tipe orang yang sulit bergaul, karena itu ketika dia melihat dia punya 2 orang teman baru Alex merasa sedikit lega.

Siapa yang sangkah temannya merupakan orang-orang yang terkenal, David yang merupakan anak laki-laki dari keluarga Yaniar, yang diperhitungkan sebagai pewaris dimasa depan.

Jerry, hanya dia orang yang paling misterius yang pernah Alex termui.

“Are you ok?”

“I hope so.”

Alex menarik tangan Luke sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam rumah. “Kesana dulu bentar,” ucap Alex sambil menunjuk sebuah kursi taman.

“Kenapa kak?”

“Rencana lo apa sekarang?”

“Gue gak ada rencana apa-apa, Jenni udah amanin semua CCTV waktu itu, Sean belum ada pergerakan dan Elena masih ilang, lo pikir gue tahu mau ngapain?”

“Terus lo ngapain pulang? Lo tau kan hari ini makan malem keluarga?”

“Lo pikir gue gak tahu? Gue tahu kak, karena itu gue pulang.”

“Dan ikuti apa maunya papa mama?”

Luke menatap langit senja yang terlihat jelas dari sana. Sambil menengadah ke langit dia berucap. “Karena kalau gue gak ikutin kata mereka demi Elena, mama bakal tetep liat Elena sebagai orang yang ngerusak semua hal.”

“Hmm, ide Jerry atau David?”

“Mereka berdua, Jerry bakal nyari Elena, kita cuma berharap dia masih di Indonesia.”

“Terus lo mau maksa dia balik?”

Luke menggelengkan kepalanya. “Lo bilang kan ke gue, kalau gue maksain keinginan gue ke dia, apa bedanya gue dan Sean, gue harus cari pembeda gue dengan dia, gue gak mau rasa sayang gue berubah jadi obsesi dan merusak kehidupan dia.”

Alex mengusap kepala adiknya dia bangga mendengar jawaban Luke. “Gue seneng akhirnya lo bisa sabar dan ikutin mau dia.”

“Lex! El!” teriak Naira.

Mereka berdua menoleh dan melihat ibu mereka yang berdiri di dekat pintu rumah.

“Ya ma!” teriak Luke dan Alex.

“Ayo masuk tamunya udah mau dateng, ayo cepet.”

Alex dan Luke masuk ke dalam rumah tidak berselang beberapa menit, beberapa orang mulai masuk ke dalam rumah dan sebuah mobil mewah datang.

Luke tidak merasa asing dengan mobil tersebut, dia seperti melihat mobil itu walau hanya melihat platnya.

GF, Luke menyadari baru plat mobil Elena pun sama dengan mobil itu. “Kak!” panggil Luke.

Alex menoleh dan melihat adiknya mencoba mencari tahu apa yang dipikirkan adiknya. “Kenapa?”

“Mobil yang gue bawa waktu gue ke apartemen lo masih ada kan?”

“Kayaknya sih masih, kayaknya waktu itu dia pulang gak bawa mobil deh. Kenapa?”

“Lo liat plat itu mobil. Platnya sama.”

“What!”

Alex menoleh dan melihat mobil itu, betapa terkejutnya Alex. “Pah, El di jodohin sama keluarga Gancika?” tanya Alex.

Ayah mereka hanya terdiam lalu menghampiri orang yang keluar dari mobil itu. “Pak Andre,” sapanya.

“Pak Hendra, Bu Naira.”

“Istri gak ikut pak?”

“Istri saya masih di rumah sakit beberapa hari ini,” ucapnya. “Ini anak saya, Estra.”

“El, kesini nak,” ucap ayahnya.

Estra dan Andre saling bertatapan mereka berdua tidak percaya dengan apa yang mereka berdua dengar. Luke dan Elena punya nama panggilan yang sama.

“Ini Luke kan?” tanya Andre.

“Iya ini anak saya Luke, tapi panggilannya El.”

“Oh pantes sama kaya anak saya juga panggilannya El makanya saya kaget dengernya.”

“El kenalin itu anaknya Pak Hendra.”

Luke dengan senang hati menghampiri perempuan itu, entah ini pertanda baik atau pertanda buruk tapi setidaknya, dia punya kesempatan untuk menyelamatkan perempuan yang dia cintai.

“Luke Ben Marina.”

“Estra Aluna Gancika.”

“Ayo masuk,” ucap Luke.

Sedangkan para orang tua terlihat tersenyum melihat mereka berdua sepertinya akur dengan tenang, walau mereka secara sadar tahu apa yang akan terjadi setelah makan malam di lakukan.

“Saya seneng liat mereka gak ada yang rame,” ucap Andre.

“Saya juga seneng, maaf harusnya Elena anak saya yang pertama yang kesini, tapi beberapa bulan ini saya gak bisa ketemu dia.”

“Saya gak masalah Pak Hendra, semua kembali ke anak-anak.”

Alex yang mendengar hal itu terdiam dan terkejut.

.

.

Luke menghampiri Estra yang berdiri di balkon rumah sambil memegang gelas champange. Estra yang melihat Luke mendekat dia menatap orang itu.

“Gue gak punya waktu buat beginian, lo nerima perjodohan ini?” tanya Estra.

Lihat selengkapnya