Morning Coffee

Ang.Rose
Chapter #37

Chapter 37 : The true rival

Villa Abigail


Abi masih menunggu Elena yang sedang tertidur. Dia hanya mengelus kepala sahabatnya itu, kejadian yang baru saja terjadi benar-benar di luar dugaannya. Kebenciannya terhadap Sean makin lama makin bertambah.

Abi tidak heran jika Estra sangat ingin memukul dan membunuh Sean. Entah apalagi yang akan dilakukan orang itu kedepannya.

“El, bangun yuk.”

Elena perlahan membuka matanya dan menatap Abi. “Bi. Gue rasa tadi kayaknya udah mau mati deh,” ucapnya perlahan.

“Maksud lo gimana?”

“Masa gue liat Nuan. Gue ngeliat dia mecahin kaca dan narik gue keluar.”

“Nuan? Lo halusinasi kali, lo kekurangan oksigen makanya jadi begitu.”

“Mungkin, tapi selalu deh setiap deket kaya gini gue pasti ngeliat dia terus.”

“El, lo udah ikhlas kan?”

“Udah lah. Kejadiannya juga udah lama, lo kan tahu gue udah ikhlas.”

“Kalau lo udah ikhlas, berarti lo halusinasi, lagi juga gak mungkin Nuan, Nuan udah gak ada El. Mending sekarang lo makan terus minum obat.”

“Obat? Obat penenang?”

“Terus lo mau obat apa? Ini obat yang kasih tahu Dokter Kris. Gue gak sembarangan beli obat.”

“Lo telfon Dokter Kris?”

“Iya waktu lo gak lama sampe sini, dia nyuruh gue buat siapin obat jaga-jaga kalau lo kenapa-napa.”

Elena terdiam, dia melihat Abi yang sedang menyiapkan makanan dan obat untuknya, tapi bukannya dia tempat duduk di tempat tidur, Elena keluar dari sana dan menyalakan TV.

Dia mungkin mengalami serangan panik dan pingsan tapi dia tidak lupa dengan apa yang terjadi.

“El! Jangan buka TV dulu bisa gak sih.”

Abi mengambil remote TV itu dan kembali mematikan TV sebelum sempat Elena melihatnya.

“Gue tahu mereka pasti udah ambil pergerakan, Jenni gak akan ninggalin David dan Ben gitu aja.”

“Terus? Lo emang udah bisa tenang?”

“Bi, gue harus tahu apa yang terjadi, gue tahu ini kerjaan Sean, gue harus liat keputusan mereka sebelum gue ambil keputusan mau pulang atau gak.”

“Lo mau balik ke Jakarta? Dengan kondisi hampir mati kaya gitu?”

“Terus lo mau gue gimana? Diem disini? Gak bisa Bi, dia udah ngelukain Coffee Buy, temen-temen gue, bahkan sekarang Ben di serang sama dia.”

“Lo tahu kan Estra disana buat nyelesain masalah ini?”

“Gue tahu! Tapi Estra gak akan sanggup sendirian, dia terlalu banyak ngorbanin semua hal demi gue. Dari ngurus perusahaan gue yang dia gak mau, ngelepasin Cen demi ngurus perusahaan gue. Bi gue gak bisa biarin dia terus kaya gini.”

Abi terdiam mendengar Elena, kedua kakak beradik ini sama saja, mereka berdua saling melepaskan keinginan masing-masing demi satu sama lain.

“Lo mau pulang terserah, tapi gue ikut sama lo.”

Elena mengambil remote TV dari tangan Abi. “Terserah lo, tapi gue mau liat mereka ngapain.”

-

MY Mall.

Jenni, David, Estra dan Luke berjalan memasuki private hall.

“Jangan ada yang bikin keributan ya please,” ucap Jenni.

“Terutama lo Luke, semua orang tahu kalau lo tunangannya Estra bukan Elena, sebisa mungkin jangan ada yang bahas Elena,” sambung David.

“Lo pikir gue mau bahas kakak gue disini.”

Lihat selengkapnya