Caelum Resort.
Elena keluar dari kamarnya dia membuka kulkas dan kembali mengambil 2 botol bir. Dia membuka kedua botol itu dan membawanya ke dermaga. Tidak lupa dia memakai cardigan sebelum pergi, karena angin malam ini cukup besar.
Elena tahu sepertinya hari ini akan terjadi sesuatu, entah benar atau tidak tapi dia percaya dengan firasatnya, dia tahu betul terkadang firasatnya benar-benar menjadi kenyataan.
Tapi kali ini dia mengikuti keinginan Abigail, untuk menghadapi masa lalunya, untuk menghadapi salah satu hal yang sudah dia hindari. Hal yang seharusnya dia hadapi sejak lama.
“Now I’m right here again, Nu,” ucap Elena perlahan.
Sambil minum bir dia menatap langit dan laut bergantian. “Kamu tahu, terkadang aku benci ketika kamu selalu ngelakuin semua hal untuk aku.”
“Masak sarapan buat aku, ngebuatin bekel, bangunin aku tiap pagi, dan bahkan kamu gak ngebolehin mama buat nyentuh dapur selama kamu ada.”
“Kamu gak cuma ngebuat aku bergantung sama kamu tapi kita semua. Aku, mama dan Estra. Bahkan papa berharap besar sama kamu.”
“Nu, kamu tahu papa bahkan udah ngerancang sebuah restoran besar buat kamu, jadi ketika kamu pulang kamu udah bisa ngurus itu semua, bahkan tempatnya pun udah ada.”
“But now, you’re gone, you leave us like that, even if you make sure that we don’t have to know about your condition. You leave us in the dark.”
“We’re dealing with your loss differently.”
Elena menghapus air matanya sendiri, dia tidak bisa menahan semua itu karena inilah yang selama ini dia sembunyikan dari semua orang.
“Estra mulai bertingkah di sekolah, dia mulai gak peduli sama semua hal dan mentingin dirinya sendiri, akibatnya dia jadi bahan bully di sekolah, semua temennya ninggalin dia.”
“Papa? Dia jadi workaholic, menuhin pikirannya dengan kerjaan dan berusaha untuk ngomong soal kamu. Mama? Dia jadi lebih diem dari biasanya, dan bahkan dia gak berhenti nangis sampe sebulan setelah kamu gak ada.”
“Dan aku? Abi, ngambil seluruh data diri aku dan bahkan nulisin aku essay untuk ke Harvard, karena dia takut kalau aku pergi ke Belanda, that I will die there. But, gak perlu di Belanda. Aku pergi ke Michigan dan mencoba hal itu disana.”
“I know, I know, kalau kamu hal ini kau bakal marah sama aku. Karena aku terlalu lemah dan gak bisa menjaga diri, gak kaya pesan yang kamu tinggalin buat aku.”
“Jangan pernah lupa bahwa aku selalu ada disampingmu dan menjagamu sampai kapanpun karena aku sayang sama kamu selamanya El. Itu kata-kata kamu di surat. Dan aku bersyukur, kamu sayang sama aku sampai kamu meninggal.”
“Tapi apa kamu tahu sulitnya jadi penyintas? Jadi orang yang ditinggalkan? Well I bet you know how it’s it feel. But why you do that to me? To your own family?”
“Kita semua dapet kesempatan buat pamitan sama kamu, tapi hal yang paling buat aku sakit hati adalah, aku jadi orang yang harus membiarkan kamu pergi.”
“You made me be the one who sent you. And that’s hurt me so much.”
“I was lost, I don’t know what I have to do, and then I met this guy, first I thought that guy must be from you, 'cause you don’t want me to be alone.”
“But eventually, I think it’s not. He caused a huge trauma for me, even bigger from you. And now I’m here because of him and Abi said that after I know him I never visit you.”
Elena berhenti sebentar, dia mencoba menenangkan dirinya dan tidak lepas kendali. Walau disini tidak ada orang, tapi jika dia lepas kendali tidak ada yang bisa membantunya.
“Did you enjoy seeing me suffer from him? Did you enjoy that much?”
“Nu, despite you being my fiance you are my brother. Fuck Sean I don’t wanna talk about him anymore, maybe I’m not ready to face him now, but I want you to know about something.”
“I meet this guy. He’s really charming and quite understanding. Dia gak berusaha ngejar ketika aku gak mau di kejar. Tanpa sadar aku tiap hari ke cafe itu cuma untuk ngobrol sebentar sama dia.”
“Namanya Luke Ben Marina. He’s my boss, tapi aku kenal dia di cafe sebagai Barista. waktu akhirnya aku tahu kalau dia boss aku, entah kenapa aku gak marah dan menerima fakta itu gitu aja. Aku bingung Nu, kenapa aku gak marah.”
“Dan bahkan ketika aku tahu fakta itu aku justru ninggalin dia surat dan minta dia untuk gak nyari aku sementara. Oh and you know what. I kissed him on my apartment, I did kiss him, and that’s feel so right and so good.”
“It’s feel when you kissed me before. Dan kamu tahu, bahkan dia bilang bibirku rasanya manis waktu abis minum bir. You did say that my lips have an indescribable taste after I drink beer.”
“Nu, kenapa kamu punya banyak kesamaan sama dia? Kenapa bahkan ketika aku dorong dia menjauh dia justru makin mendekat, kaya kejadian kita waktu dulu. I don’t want to compare him to you but it seems like I looked you in him.”
“Nu kalau kamu nanya apa aku cinta sama dia. Aku mungkin akan bilang aku gak tahu, tapi aku juga tahu kamu akan jawab apa. You know how terrible I am when lying.”