Morning Coffee

Ang.Rose
Chapter #44

Chapter 44 : I'm your sister

Luke terbangun dari tidurnya, semalam sudah terlalu larut dan mereka berdua langsung masuk ke kamar masing-masing, karena mereka cukup lelah, bahkan Luke sudah hampir tidak tidur selama 2 hari.

Dia melihat ponselnya sudah pukul 9 pagi. Dia terlambat ke kantor. Luke keluar dari kamar namun ada yang aneh dengan apartemen ini, tercium wangi masakan, tapi tidak ada orang di dapur.

Dan benar saja ketika dia melihat ke dapur, sudah tersedia makanan tapi ada sebuah note disana.

“Aku pergi dulu, makanlah, nanti kita bertemu di MY Mall.”

Luke tahu, ketika Elena memilih untuk mengikutinya, dia yakin bahwa Elena ikut dengannya bukan hanya karena dia yang memintanya.

Dia sudah punya hal-hal yang dia pikirkan sendiri, termasuk langkah apa yang akan dia lakukan.

Satu hal yang membuat Luke kecewa, Elena tidak membiarkannya untuk melindungi ataupun mengetahui rencananya.

“You say you love me, but why do you act like this? Pushing me around,” ucap Luke.

-

Elcika Fashion.


Perusahaan mode yang menampung lebih dari 20 desainer muda kini sedang mengalami pergolakan, setelah mereka mengeluarkan pakaian untuk musim depan, secara tiba-tiba Estra dan Luke mengumumkan bahwa mereka akan melakukan kerja sama.

Mereka tidak mungkin mengeluarkan koleksi yang sama ataupun memodifikasi desain lama, tim desain mereka tidak masalah dengan hal ini, tapi Estra tahu, timnya kelelahan.

Dia tidak berpikir ulang saat menyetujui hal itu. Bahkan setelah pengumuman itu tidak ada satu pun dari mereka yang pulang kerumah.

Namun tiba-tiba sesuatu terjadi, keadaan kantor gaduh, Estra dan beberapa orang yang sedang berada di ruang meeting kebingungan.

“Ada apaan sih?” tanya Estra.

“Enggak tahu mba, kok pada ribut ya, masih pagi padahal,” jawab Hani.

“Coba cek Han keluar.”

Hani keluar melihat keadaan dan betapa terkejutnya dia melihat siapa yang datang, entah keberuntungan atau akan ada genderang perang, tapi dia tahu satu hal.

Dia merindukan orang ini, orang yang tersenyum lebih lebar dari orang lain, orang yang menanggung beban semua orang, dan bisa mengerti penderitaan orang lain.

Bukannya Estra tidak bisa, tapi Estra tidak pernah mengutarakan perasaannya, Hani tahu itu, kedua kakak adik ini memiliki karakter yang sebenarnya sama tapi cara mereka menunjukkannya sangat jauh berbeda.

“Hai Han,” sapa Elena.

“Mba El,” ucapnya sambil berlari lalu memeluk Elena.

Elena membalas pelukan itu sambil mengusap punggung Hani. “Lo pasti khawatir banget sama gue ya, maaf ya, dan makasih udah jagain Estra selama gue menghilang.”

“Saya lebih kasian sama Mba Es, dia yang paling cape di banding saya.”

“Estra dimana?”

“Di ruang meeting, kita belum pulang udah hampir 3 hari.”

“Beresin kerjaan sampai siang ini, terus kalian pulang, kalian harus istirahat.”

“Mereka karyawan gue, kenapa lo yang ngatur?” ucap Estra dari depan pintu ruang meeting.

Elena menatap adiknya lalu tersenyum. “Es, kakak mau ngomong sama kamu,” ucap Elena.

Estra terkejut mendengar itu, dari tangannya yang disilang di depan dada sampai tanpa sadar dia melepaskan itu, dan mulutnya terbuka terkejut mendengar hal itu.

Dia seakan kembali ke 10 tahun lalu dimana saat Nuan masih ada dan Sean belum menginvasi keluarga mereka.

“Kakak… ” ucap Estra.

“Ayo, ayo beres yuk, ngopi dulu kita di pantry, yuk,” ucap Hani membubarkan kerumunan.

Estra benar-benar hanya berdiri dan terdiam, Elena menghampirinya dan masuk ke ruang meeting, Estra tidak punya pilihan lain selain mengikutinya dari belakang.

“Kakak kenapa?”

Elena melihat papan tulis yang sudah penuh dengan desain baju untuk pameran MY Mall. “Kakak gak papa cuma abis luangin waktu untuk Nuan.”

Estra tercekat, dia bahkan merasa tidak bisa menjawab apa-apa ketika kakaknya mengatakan hal itu.

“Kakak ke Caelum?”

Elena mengambil seluruh desain itu lalu mengambil spidol dan menambahkan sedikit detail. “Kakak dipaksa Abi buat kesana, dan ternyata memang bener kata dia, kakak butuh itu.”

“Terus maksudnya apa? Kakak mau aku pergi ke Caelum?”

“Es, sebenci apapun kamu sama Nuan karena udah nempatin kamu di posisi sulit, mau bagaimana pun Nuan kakak kamu.”

“Kakak pikir aku gak tahu itu. Aku tahu Nuan kakak aku, tapi aku belum mau kesana.”

Lihat selengkapnya