MY Mall.
Seperti biasa seperti orang yang selalu datang paling awal, Jenni menyalakan lampu dan melihat beberapa ruangan membersihkannya karena dia tahu semua orang sudah bekerja dengan keras karena masalah beberapa hari kemarin.
“Udah sampe? Masih jam berapa ini?”
Jenni menoleh kebelakang dan melihat sumber suara. “Lah kamu yang aneh tumben udah dateng.”
“Aku harus ngomong sama kamu.”
Jenni terdiam lalu menarik kursi dan duduk disana. Jenni mengerti pasti ada sesuatu lagi yang terjadi di antara mereka bertiga.
Pertemanan diantara mereka bertiga benar-benar tidak ada yang bisa mengerti dan kenapa mereka saling bergantung satu sama lain.
“Jerry atau El?”
David menarik kursi di dekat Jenni, lalu memegang tangannya. “Kali ini Jerry lagi.”
“Aku gak ngerti, kamu sama El aku tahu kalian udah temenan dari lama, kalian ketemu Jerry waktu di Australia, but why?”
“He helped us a lot. Tapi aku gak bisa cerita apa.”
“Terus sekarang ada apa lagi?”
“Intinya sekarang, Jerry harus pergi lagi dan harus ada yang ngurus cafe.”
“Terus maksudnya sekarang giliran kamu gitu yang pergi?”
David menggelengkan kepalanya. “Belum tahu, karena kondisi cafe juga masih berantakan.”
“Oke, oke aku ngerti. Aku bakal urus soal perbaikan cafe, tugas kamu sekarang temenin El buat masalah Sean. Aku pergi dulu,” Jenni berdiri dan berjalan melewati David.
Tapi sebelum berhasil menjauh David menahan tangan Jenni. “Apalagi?”
“Waktu aku jemput kamu, kamu bilang kalau kita bicarain soal kita nanti, boleh kita omongin sekarang?”
Jenni terdiam dia tahu suatu saat ini akan terjadi, entah siapa yang akan meninggalkan siapa tapi hal ini pasti terjadi.
“Apa yang dibicarakan lagi soal kita?”
“Jen, aku butuh kamu disini, El gak bisa tanpa kamu.”
“kamu nyuruh aku?”
“Aku minta kamu untuk tetep disini.”
“Maksud kamu apa?”
“Kalau masalah ini selesai, kamu pasti tahu Elena bakal balik ke perusahaannya sendiri kan? Dan ini udah mencapai batas waktu aku Jen.”
“Jadi maksud kamu, aku tetep disini sementara kamu pergi?”
“Bukan mau aku begitu, tapi kamu tahu kondisinya kaya gimana.”
“Oh jadi maksud kamu sekarang ngomongin soal kita itu artinya kamu mau ninggalin aku?”
“Enggak bukannya gitu Jen.”
“Aku udah bilang Vid. Kamu kemana pun itu aku akan ikut, tapi kalau kamu minta aku pergi mendingan aku pergi dari sini sekalian.”
“Terus siapa yang bakal nemenin El kalau gitu? Kalau bukan kamu terus siapa?”
“Terus siapa yang akan bantuin kamu di Yaniar? Apa bisa kamu sendiri? Siapa yang lebih bisa ngatur dan hadapin kamu kalau kerja kalau orang itu bukan aku? Siapa yang tahan sama kamu?”
“Jen… ”
“El gak butuh aku Vid, Nesya bisa ngurus El, tapi siapa yang bantu kamu, kalau kamu gak mau aku ikut kamu mendingan aku keluar dari sini, kamu tahu aku bertahan disini karena kamu. Bukan karna orang lain.”
David terdiam dia tidak bisa menjawab apa yang sudah di katakan Jenni, jika dia bisa egois dia akan meninggalkan keluarganya dan tetap berada di MY Mall bersama dengan Jenni dan Luke.
Tapi, kondisinya berbeda sekarang. David hanya di berikan waktu 5 tahun untuk bermain di MY Mall, dan ini sudah 4 tahun lebih, hanya tinggal setengah tahun lagi waktunya untuk bisa bermain.
Sejak awal dia hanya ingin melakukan apa yang dia suka tapi sepertinya ini hal yang sulit.
“So we’re done now. Kalau kamu masih mau bahas tentang itu, mending kita gak usah ngomong.”
Jenni berdiri dan berjalan melewati David tapi David menahan tangannya. “Jenn, please tolong jangan begitu, aku gak bisa kaya gini.”
“Aku juga gak bisa, aku gak mau disini tapi kamu gak disini, Vid kamu tahu aku gimana kan? Aku bisa resign waktu itu jangan kamu pikir aku gak bisa sekarang.”
Jenni menarik tangannya dari David dan keluar dari ruang meeting, namun ternyata Luke dan Elena ada di sana.
“Jenn,” ucap Luke mencoba menahannya.
“Lo gak usah bantuin dia,” ucap Jenni kesal lalu pergi.
Elena menahan Luke untuk menahan Jenni. “Kamu ngomong sama Jenni pelan-pelan, aku coba ngomong sama David.”
Luke mengerutkan keningnya. “Kamu yakin?”
“Tenang aja.”
“Oke aku kejar Jenni dulu.”
Elena hanya mengangguk, dia membiarkan Luke untuk pergi menahan Jenni agar tidak pergi lagi, sedangkan masuk ke ruang meeting, David masih duduk sambil menundukkan kepalanya.
Rasa kecewa dan takut tergambar di wajahnya. “Dave,” panggil Elena.
“Ngapain lo disini? El mana?”
“El lagi ngejar Jenni, gue boleh duduk di sini?” tanya Elena perlahan.
“El yang nyuruh lo kesini?”
Elena menggelengkan kepalanya. “Dia justru berharap gue ngejar Jenni, tapi gue bilang biar gue yang ngomong sama lo.”
“Kenapa lo mau nyuruh gue buat bawa dia keluar dari sini?”
“Dave, lo tahu gak waktu kalian berdua gak ada dan gue makan siang berdua sama Jenni, gue pernah nanya, kenapa dia kayaknya lebih deket sama lo dibanding El. Lo tahu jawaban dia apa?”
David tidak menjawab seakan dia tidak peduli apa yang akan di katakan oleh Elena.
“Jenni bilang kalau dia harus milih untuk kerja sama siapa dia akan lebih milih David daripada El, walau buat dia kerja sama El lebih mudah. Lo ngerti maksud gue?”
“Enggak, karena sesuai sama kata-kata dia, kalau dia sama gue dia gak akan bisa istirahat cuma sama El beban kerja dia akan lebih ringan.”