Rumah Sakit
Kalana di bantu oleh beberapa suster turun dari tempat tidur. Dokter tidak bisa memastikan apa yang terjadi pada tubuhnya, namun memang sejak 2 tahun lalu kondisi tubuhnya melemah dan tidak sehat.
Beberapa dokter mencoba mencari tahu apa yang terjadi tapi memang sulit, sedangkan Kalana menolak untuk pergi ke luar negeri.
Suster membawanya keluar rumah sakit untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit.
Kalana sebenarnya masih kuat berjalan namun itu hanya untuk beberapa langkah, dia juga masih normal ketika harus makan, semuanya terasa normal.
“Sus, saya mau disini sebentar,” ucap Kalana.
“Oh baik bu, mau pindah ke bangku taman atau tetep di kursi roda?”
“Pindah aja, tolong ya bantu saya.”
“Baik ibu dengan senang hati.”
Suster itu membantu Kalana untuk pindah ke bangku taman. “Saya tinggal sebentar ya bu, saya balik lagi 15 menit.”
“Iya, tenang aja.”
Suster itu pergi meninggalkan Kalana sendirian disana.
“Mama,” panggil suara itu dari belakang.
Kalana tahu betul itu suara siapa, dia tidak perlu menoleh untuk memastikan karena pemilik suara itu hanya satu.
“Sean, bukannya papa udah bilang saya gak mau ketemu kamu?”
“Sean cuma mau minta maaf sama mama, Sean udah ketemu papa sama Elena juga.”
“Kamu ketemu sama Elena juga? Sean kamu bener-bener.”
Sean berpindah ke hadapan Kalana dia berlutut di depannya. “Mama kalau mau tampar Seann terserah gak papa, Sean gak akan marah.”
Kalana mengangkat tangannya dia sudah bersiap menampar Sean namun dia mengurungkan niatnya dan mengelus kepala Sean.
“Kalau kamu udah minta maaf sama Elena berarti mama gak perlu nampar kamu lagi, ngeliat kamu sekarang kaya gini, papa udah banyak ngomong sama kamu kan?”
Sean mengangguk. “Sean masih boleh manggil mama kan?”
“Boleh,” ucap Kalana sambil mengelus kepala Sean.
“Elena udah dateng aku pergi dulu ya mah, aku janji sama Elena sama Luke buat gak nemuin Elena.”
“Hati-hati sayang,” ucap Kalana.
Sean hanya tersenyum lalu pergi darisana sebelum Elena dan Luke melihatnya. Kalana menoleh kebelakang dan melihat anak pertama perempuannya sedang berjalan kearahnya.
“Mama,” sapa Elena.
“Lena, ini siapa?” tanya Kalana.
“Halo bu, saya Luke Ben, temennya Elena.”
“Loh Len, kok dia panggil kamu temennya?”
Elena menyenggol Luke. “Gak usah bohong sama mama,” ucap Elena.
“Ah, tapi kan emang kita udah pacaran El?” tanya Luke menggoda.
“Wah, wah, kamu udah tidur di apartemen aku, samperin aku di Caelum terus kemaren di rooftop? Wah,” ucap Elena kesal.
“Iya, iya maaf. Ibu, saya Luke Ben pacarnya Elena,” ucapnya sambil mencium tangan Kalana.
“Kalian udah tinggal bareng? Cepet banget geraknya,” goda Kalana.
“Oh enggak kok buk, bukan gitu, El,” Luke terdengar panik mendengar pertanyaan ibu Elena.
“Mama kan tahu apartemen Elena ada dua kamar, dia tuh numpang tidur terus di apartemen El.”
“Ih aku enggak ya, aku udah minta ijin sama Pak Andre juga kan.”
“Udah-udah, stop, kalian kok berantem disini,” ucap Kalana.
“Kamu sih,” ucap Luke.
“Ih kamu tuh,” ucap Elena.
“Udah stop, kamu juga Len gak ketemu mama 2 tahun cuma gitu aja?”
Elena berlutut di depan ibunya dia memgang kedua tangan ibunya. “Elena mau minta maaf sama mama, semenjak kejadian waktu itu El bahkan gak mau ketemu mama, tapi bukan karena mama tapi emang El gak sanggup ketemu mama.”
“Mama tahu, tapi bukan berarti kamu sama sekali nemuin mama kan?”
“Mah, Elena tahu Elena salah, maafin El ya mah.”
“Cukup minta maafnya, terus kamu kesini kenapa? Mau kabur lagi?”
“Enggak, siapa yang bilang begitu?” tanya Elena.
“Firasat aja, terus kenapa?”
“Besok, tanggal 4, mah kita pergi ke Caelum ya?” tanya Elena.
Kalana menatap Luke, dia mengerti maksud tatapan dari Kalana. Luke pun ikut berlutut di depan Kalana sambil merangkul Elena.
“Saya tahu tentang Nuan bu, saya janji sama Elena kalau dia ikut saya ke Jakarta, tanggal 4 saya akan balikin dia lagi ke Caelum buat ketemu Nuan.”
“Kamu udah tahu soal Nuan? Kamu gak masalah tentang itu?”
“Cemburu dikit, dan saya pun gak akan bisa jadi kaya Nuan karena saya bukan dia, tapi saya bisa pastiin satu hal,” Luke menatap Elena lalu menggenggam tangannya. “Rasa sayang dan cinta ke Elena sebesar rasa sayang dan cinta Nuan ke Elena, dan saya akan berusaha untuk terus menambah rasa itu ke Elena.”
“Ben… ”
“Saya gak minta untuk bapak sama ibu setuju soal hubungan kami, karena kita semua termasuk Elena baru bisa berdamai dengan masalah yang ada, saya pun juga gak maksa Elena untuk menyerahkan hidupnya ke saya. Tapi saya bisa pastiin saya gak akan ngecewain Elena, ataupun Estra ataupun ibu sama bapak.”
“Jadi kamu yang bantuin masalah Elena sama Sean?”
“Awal saya bantu dia, saya gak tahu kalau masalahnya sebesar itu, tapi saya gak bisa mundur karena saya udah terlanjur sayang sama dia. Saya gak bisa ninggalin Elena.”
“Terus kamu sayang sama anak saya?”
Luke mengangguk. “Saya sayang sama Elena, saya gak berusaha untuk gantiin Nuan di keluarga Marina, dan saya juga akan berusaha untuk gak nyakitin Elena kaya Sean.”