Morning Coffee

Ang.Rose
Chapter #50

Chapter 50 : The End

Caelum Resort.


“Gue gak nyangkah lo kesini,” ucap Estra dari belakang.

Luke menoleh ke belakang. “Berantem lagi lo sama El?”

“Kak El? Enggak sih, cuma gue sebenernya gak mau kesini.”

“Kenapa? Lo belum siap?”

“Apapun terjadi diantara gue dan Kak Nuan, orang gak akan ada yang bisa ngerti.”

“Lo tahu Abi bilang apa sama gue? Estra adalah orang yang paling rasional tapi dia tahu lo menderita diem-diem, gue gak tahu lo bertahan selama ini kaya gimana caranya, tapi lo punya keluarga Es.”

“Jangan pernah sekalipun nasehatin gue tentang keluarga paham lo?”

“I’m just saying,” ucap Luke.

“Gue pergi ajalah,” ucap Estra.

Namun begitu dia ingin berbalik, Abigail serta satu orang laki-laki sudah berdiri di belakanganya.

“Estra Aluna Gancika,” ucap laki-laki itu.

“Cen… ”

“Elena bilang sama gue lo kemungkinan kabur, gue telpon Chendri supaya lo gak kabur,” ucap Abigail.

“Lun, kita ke dermaga sekarang, aku gak mau tahu.”

“Kapan kamu pergi lagi?”

“Besok pagi, jadi kalau kamu gak mau aku marah, kita kesana sekarang.”

“Kamu gak takut papa nyuruh kita nikah?”

“Aku udah bilang sama papa soal itu, dia ngerti, jadi kita kesana sekarang.”

Estra hanya mengangguk. Chendri memegang tangan Estra namun Estra berhenti sebentar dan menatap Luke. “Lo gak kesana?”

“Enggaklah, Elena udah di sana sama ibu bapak lo kesana aja. Gue tunggu disini.”

Luke melihat keluarga itu dari jauh, Abi mengeluarkan bir dari kulkas, dan memberikannya ke Luke.

“Thanks,” ucap Luke.

“Lo sama El baik-baik aja kan?”

Luke mengangguk. “Sebenernya gue ngerasa ada yang aneh sama dia.”

Abi menatap Luke namun tatapannya terlihat seakan memiliki banyak makna. “Maksudnya?”

Luke minum bir itu lalu menatap Abi. “Bi, gue tahu lo sahabat dia, jadi gue harap lo akan tetep tahu gimana dia.”

“Maksud lo apaan sih Luke gak ngerti gue.”

“Kemarin gue pergi sama dia ke rumah sakit, tapi kita pisah ke harus balik ke Mall dan dia pergi ke Elcika. Pulang dari Elcika dia beda banget, gue ngerasa kaya ngeliat dia yang dulu.”

“Maksudnya?”

“Dia nutup diri, gue kaya ngeliat Elena yang pertama kali gue liat di cafe, gue jujur agak takut. Gue takut dia gak stabil lagi dan pergi.”

“Terus lo mau gue ngapain?”

“Enggak usah ngapa-ngapain, selama ini juga lo tetep bantuin dia kan walau kalian jauh, tetep jadi temennya aja, gue tahu walaupun dia bilang dia cinta sama gue, tapi dia belum bisa seterbuka itu sama gue.”

“Lo udah siap banget kayanya.”

“Well at least if she runs away again, I know she has you,” ucap Luke sambil tersenyum.

“Kenapa lo berpikir dia akan pergi lagi?”

“Cuma firasat, gue berasa aja dia bakal pergi. Tapi gue tetep berharap mudah-mudahan enggak.”

.

“Kita cuma berdiri aja gitu disini?” tanya Estra.

“Mama juga bingung kita mesti ngapain nih sekarang?”

“Aissh, kenapa jadi lawak begini,” ucap Chendrik.

“Keluarga Gancika emang dulunya mah begini,” ucap Elena.

“El kamu udah sehat?” tanya Andre.

“Udah, Elena udah sehat, aku juga udah gak mempermasalahkan lagi soal Nuan, aku enggak bisa lupain Nuan iya, tapi El udah punya masa depan El.”

“Pah, biarin Nuan istirahat, sekarang papa percaya aja sama Luke.”

“Papa juga maunya gitu, tapi liat kamu kaya gitu dulu sama Sean, apa papa bisa tenang?”

“Sean bajingan iya, Estra gak pernah peduli soal dia yang di tolak sama bapaknya sendiri tapi dia gak perlu begitu ketika dia tahu cerita soal Nuan, mama bahkan sampai kaya gini.”

“Mama begini memang iya karena masalah Elena sama Nuan, tapi dari dulu memang mama badannya gak terlalu kuat. Mama percaya sama Luke, walau sekarang kita semua perlu ekstra hati-hati. Tapi jawaban dia tentang Nuan mama suka.”

Lihat selengkapnya