Mozaic

Hendra Purnama
Chapter #9

IRWAN: Babi Babi Babi

Dan beginilah yang dia lihat ketika dia mengunjungi peternakan babi itu: Dari kejauhan pagar-pagar kayu itu seperti jaring dengan jalinan yang sederhana tapi kokoh. Belum ada suara babi atau baunya, tapi tanah-tanah sudah dipadatkan sedemikian rupa hingga terbayang selumpur apa tempat itu nantinya. Tapi Irwan tahu kandang berlumpur di luar itu hanya untuk babi-babi ketika hari terang, pada saat hari gelap atau hujan deras mereka akan masuk ke dalam, sebuah bangunan yang bertutup seng lebar dan tak berdinding tinggi kecuali campuran semen dan batu bata setinggi pinggang orang dewasa.

Seorang laki-laki, mengaku sebagai manajer tempat itu. Sekilas pandangpun semua orang tahu dia bukan bagian dari kandang babi ini, setidaknya dia tidak selalu harus turun memeriksa setiap babi, sebab dia begitu necis dan tercukur, rambut berminyak dan wajah berseri-seri, sebuah kacamata dipasang menyangkut di dahi. Terutama karena dia tidak mengenakan overall—seperti para pekerja yang sedang merapikan rumput sebagai alas kandang—tapi celana katun dan kemeja. Dia mengaku bernama Ramon, dari Jakarta, sarjana peternakan. Belakangan Irwan baru tahu kalau dia menjadi sarjana peternakan untuk satu dedikasi: mengurus ribuan babi yang sudah jadi usaha keluarga sejak generasi kakek dari kakeknya lagi.

“Mungkin babi adalah salah satu pahlawan saya, sebab saya bisa kuliah, lulus, dan seperti sekarang ini karena babi...” dia mencoba berkelakar, memang orangnya menyenangkan dan kelakarnya tidak kering, dia adalah tipikal orang yang cocok untuk menjadi pengusaha atau minimal menjadi marketing sebab dia mudah dekat dengan orang lain. “...dan pada siapapun yang datang ke sini, apalagi orang dari luar desa dan orang muda seperti bapak, saya dengan senang hati menunjukkan peternakan babi ini. Bangsa ini perlu diajari bahwa beternak babi itu tidak perlu diprotes, lagipula siapa yang akan mengkonsumsi babi-babi ini? Paling juga kalangan orang berduit dari Jakarta atau orang-orang di luar negeri, penduduk desa ini kan tidak? Jadi saya tidak paham mengapa mereka protes.”

Lalu mereka berkeliling, Irwan mengikuti dan memandangi kandang-kandang kosong itu, mencoba membayangkan kalau babi-babi itu betul-betul ada di sana. Tapi ternyata cukup sulit terutama karena dia tidak pernah menyentuh atau melihat babi secara langsung. Sambil berjalan Ramon terus bercerita tentang peternakan yang dia usahakan menjadi tempat yang profesional dan memenuhi standar kesehatan, dengan rinci dia menunjukkan kandang di dalam yang lantainya dari kayu atau bilah bambu agar terdapat celah yang bisa dibersihkan dan tidak mudah lapuk. Dia menunjukkan bahwa lantai kandang itu sudah dibuat lebih tinggi dari tanah dan agak miring agar air tidak tergenang dan jadi sumber penyakit.

Dengan lancar dia memperkenalkan Irwan pada beberapa pegawainya yang menggunakan overall, ada dokter hewan, pengendali gulma, pemberi makan, pembersih kandang, perawat tanaman yang sepertinya sedang merancang pagar hidup di sekitar kandang. Lalu dengan fasih dia juga membawa Irwan ke gudang dan mengenalkan benda-benda yang “katanya” sangat penting bagi sebuah peternakan babi (sebagian besar benda itu Irwan tak kenal): busa pembersih Acid-O-Clean, Penghilang karat A-420, Car-Plus (ini dia kenal, sebab ini sebuah shampo mobil), pembasmi jamur D-600, pembersih lemak DG-2003, Pembasmi hama Iodophor IX-91 dan Pig Manure Degrader (Apapun itu artinya, Ramon tak menjelaskan).

Lihat selengkapnya