Jadi seberapa banyak mimpi bisa mempengaruhi kehidupan seseorang? Kalau ketemu Airin akan kutanyakan itu, karena mimpi yang benar-benar gila sudah kualami kemarin.
Indra kembali membayangkan wajah kaku berlumuran darah, bukankah siapapun akan menjadi begitu ngeri, lagipula Indra selalu merasa sorot mata perempuan itu tidak biasa, seolah dia ingin mengatakan sesuatu. Siapa dia? Rasanya aku pernah melihatnya tapi entah dimana.
Dia melirik jam, sudah hampir larut meski tengah malam masih jauh, dia memindahkan kebosanan menunggu kantuk dengan berjalan ke kota, kebetulan kota sedang tidak hujan, jadi dia menyusuri trototar di tengah siraman lampu merkuri, kembali kuning keemasan cahaya lampu menimpanya, juga menimpa segelintir orang yang masih berlalu lalang.
Mendadak Indra sangat ingin menelepon seseorang. Yah, kadang di tengah kesendirian seperti ini dia merasa terdesak butuh teman. Padahal ketika ada yang datang ingin menemani, dia memilih merenung dan tidak peduli. Keinginan-keinginan, datang dan pergi seenak hati. Siapa yang menentukan keinginan kita harus sesuai dengan keinginan orang lain? Kini aku ingin menelepon seseorang. Pertanyaannya, apakah orang itu sedang ingin ditelepon olehku?