S tumbuh di lingkungan panti asuhan gereja. S dirawat oleh beberapa orang suster dan relawan gereja. Menurut S, S berada di panti asuhan sejak kecil sehingga S tidak mengenal sosok kedua orang tuanya. S hanya mendengar informasi dari salah satu suster yang merawatnya bahwa kedua orang tua S tewas saat S berusia 3 tahun. Hal itu baru diketahui S ketika berusia 9 tahun, dan S merasa sangat terpukul mengenai kejadian yang tidak diketahuinya tersebut. S mengaku sering menangis sendiri ketika merasa rindu pada kedua orang tuanya. Menurut S, para suster dan relawan di panti asuhan tidak dapat menggantikan rasa haus akan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
S menyatakan bahwa hubungannya dengan para pengasuh tidak harmonis. S hanya dekat dengan seorang pengasuh yang sudah dianggap seperti pamannya sendiri. S merasa bahwa apa-apa yang disampaikan oleh para suster tidak sesuai dengan perbuatannya. S mengaku banyak belajar agama selama di panti asuhan.
Menurut S, S sering mengalami kekerasan fisik dan psikis dari seorang relawan pria yang cukup berpengaruh di panti asuhan. S akan dihukum ketika berbuat salah, hukuman yang diterima seperti; dikunci dikamar mandi, dibiarkan sendirian dikamar sementara yang lain pergi, dan hukuman-hukuman fisik (dipukul oleh rotan, ditampar, ditendang). Selain itu, S seringkali mendapat perlakuan kasar meskipun tidak bersalah. Karena hal itu S merasa para pengasuh tidak adil kepadanya. Dan orang yang dekat dengannya kurang dapat membantu dan kurang menolong kondisinya.
Tulisan itu begitu panjang, Apa ini? Dilewatinya beberapa baris tapi dia terus membaca, kali ini dia sampai pada...
Riwayat Pendidikan:
Dalam hal akademik, S menyatakan bahwa prestasi yang diperolehnya cukup tinggi dibandingkan dengan teman-teman di panti asuhan dan teman-teman sekolahnya. S selalu menjadi juara satu, namun S merasakan kemunduran saat kuliah. Menurut S, jurusan yang dipilihnya sudah sesuai dengan keinginannya, yaitu Bahasa Indonesia di salah satu perguruan tinggi. Dan kini setelah lulus, S memilih untuk menjadi penulis lepas.
Emosi dan Dorongan:
S menyatakan bahwa ketika ada keinginan atau tujuan, maka S akan memperjuangkannya sampai tercapai. Namun bila gagal, maka S merasa sangat tidak berdaya.
S mengaku lebih memilih diam ketika marah, dan ketika S merasa kecewa atau sedih S menjadi lebih banyak merenung dan melamun. S merasa tidak perlu menunjukkan ekspresi emosinya ketika bahagia, marah, atau sedih. S lebih memilih mengekspresikannya dalam tulisan (syair, cerita).
Indra termenung, dia tidak menyangka kalau Airin begitu serius terhadap dirinya, dia mengira Airin hanya main-main. Dia mulai bertanya-tanya, apakah aku memang benar-benar sakit? Tapi dia terus membaca.
Relasi Sosial dan Hubungan Heteroseksual:
S mengaku tidak memiliki banyak teman dan merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. S lebih memilih diam dan menyendiri daripada bermain bersama teman-temannya. S pernah menjalin hubungan dengan seseorang, namun hubungannya tidak berjalan sesuai harapannya. S pernah mencoba melamar namun gagal, menurutnya, wanita tersebut meninggalkannya begitu saja. S menyatakan bahwa sampai saat ini masih menyimpan cinta untuk wanita tersebut dan masih merasakan kehilangan walaupun kejadiannya sudah beberapa tahun berlalu (5 tahun).
Riwayat Keluhan:
S mengaku sering lupa, ada waktu-waktu dan kejadian-kejadian tertentu yang tidak dapat diingatnya. Selain itu S sering didatangi oleh seseorang yang mirip dengan dirinya, terkadang S juga sering mimpi buruk dan insomnia…
“Baca apa?” suara Airin, rupanya dia sudah kembali.
Indra tidak menjawab, dia bergeser. Airin duduk, dia tahu apa yang Indra baca, dia memandang Indra, “Apa ada yang salah?”
Indra menggeleng, Airin mengetik sesuatu, singkat. “Aku perlu ini untuk data dan pegangan pribadi saja, jadi kalau ada sesuatu yang ganjil atau tidak biasa, aku akan buka file ini, meneliti situasi masa kecil, siapa tahu ada simpul-simpul masa lalu yang lupa terbuka…”