Mozaic

Hendra Purnama
Chapter #32

AIRIN: Menemani Seorang Perempuan Dengan Wajah yang Selalu Sedih 1

Airin menjalankan mobil pelan-pelan, dia melirik, Zaki sedang memandang ke luar, sketsanya tidak tersentuh. Airin menepuk sikunya “Heh, ngelamun! Kamu mikirin apa sih?”

“Aduh, Air! Nggak bisa lihat orang senang deh!” Zaki merenggut, lesung pipitnya terlihat makin jelas. Airin tersenyum.

“Jadi kamu kalau lagi melamun itu artinya lagi senang?”

“Iya” matanya menyusuri sketsa yang setengah jadi,

Airin nyengir “Aneh, aku baru tahu ada orang yang senang melamun.”

“Mungkin aku memang aneh!” ada nada pahit,

Airin menoleh, heran “Hei, kamu kenapa sih Ki?”

Zaki hanya mengangkat bahu lalu kembali memandang keluar. Rasanya Airin sudah biasa menghadapi Zaki dalam kondisi begini. Murung, diam, mencorat-coret buku sketsa, melamun, justru itulah tanda-tanda keberadaan dirinya. Dia melirik lagi, Zaki mengeluarkan sebuah buku dari tasnya, buku itu dibeli kemarin di pameran buku. Kini Zaki memandangi sinopsisnya, Airin yakin Zaki tidak sedang membaca, sebab matanya kosong. Jadi apa yang dia lihat di sana? Cuma barisan huruf-huruf mati? Airin tidak tahan menegur “Kamu ngapain? Nanti bukunya malu lho dilihatin terus…”

Zaki menoleh, mukanya berangsur biasa “Nggak, lagi baca sinopsisnya. Kenapa?”

Airin mengangguk, berusaha memaklumi sebuah kebohongan, aku sudah bisa baca bahasa tubuhnya! Sekarang dia melihat Zaki membolak-balik halaman, membaca tidak dari halaman pertama, lalu buku itu dibolak-balik lagi, dibaca lagi, begitu seterusnya. Zaki seperti sedang gelisah.

“Ki, kamu ngapain beli buku itu?”

“Bukannya ini buku bagus?” matanya memandang Airin, membulat, polos

Airin mengangguk. Memang itu buku bagus, Ceritanya tentang seorang perempuan yang mencintai seorang pemuda, tapi pemudanya malah mencintai gadis lain, terus ada lagi seorang pemuda lain yang mencintai gadis pertama tadi, ah pokoknya mirip-mirip begitu deh ceritanya, agak rumit memang. Buku itu karya seorang penulis dari... Pakistan atau Libanon… kalau nggak salah. Aku juga belum baca, tapi bulan ini sering dibicarakan orang di milis-milis buku, resensinya juga pernah masuk koran nasional. Tapi jawaban Zaki tadi tidak menjawab pertanyaanku!

“Iya aku tahu itu buku best seller, tapi aku mau tahu kamu kok beli buku itu? Alasannya apa?”

“Pengen aja.”

“Terus?”

“Memang aneh ya aku beli buku?”

“Ya aneh lah! Aku kenal banget sama kamu, kamu tuh kan termasuk orang yang mesti mikir sekian puluh kali kalau mau beli buku fiksi, itupun sekalinya beli pasti yang tipis, sementara buku ini, pasti hampir 700-an halaman.”

“Salah, tepatnya 611.” Zaki membolak-balik bukunya 

Airin menggeleng acuh “Apapun lah, yang penting kan alasannya.”

“Ngg… soalnya ini cerita cinta.” Jawabnya seperti hati-hati

Lihat selengkapnya