Mozaic

Hendra Purnama
Chapter #36

AIRIN: Mereka Berdua Memang Keras Kepala!

Malam itu, ke dalam inbox Airin masuk satu email. Dari Zaki. Betapa jarang Zaki mengungkapkan perasaannya lewat tulisan, tapi kini rupanya perasaannya terlalu berat hingga dia bisa menceritakannya berlembar-lembar. Beginilah antara lain isinya:


...Air, kalau kamu menyangka aku tidak terbebani setelah mendengar cerita begitu, kamu salah. Ya, aku terbebani, sebab Indra tidak pernah benar-benar pergi dari memoriku. Tadi, ketika pulang aku mendadak sangat resah, dan bila aku sedang resah berarti aku harus sendirian, itu berarti aku mengurung diri di kamar lagi.

Kamu tahu? Sepanjang jalan aku berusaha menahan air mata, aku sudah terlalu banyak menangis, tak mungkin masalah ini kuhadapi lagi dengan reaksi yang sama. Tapi rupanya aku gagal, setibanya di kamarku, aku menangis. Aku merebahkan diri di kasur, terlungkup, memeluk bantal dan membiarkan tangis ini mengalir.

Aku ingin melepas semuanya, lamat-lamat aku merasa tubuhku memberi sinyal bahwa dia tak kuat menahan beban. Maka kubiarkan tangis ini terus mengalir, agar semuanya lewat, agar semuanya bersih, agar semuanya tercuci.

Mengapa aku merasa bersalah? Maksudku, merasa sangat bersalah? Indra sakit, dan aku merasa bersalah? Dua sebab akibat yang sangat ganjil, tapi aku di balik itu entah kenapa aku merasa itu justru sangat wajar.

Dulu, sudah pernah kubaca suratnya, sudah pernah kulihat dan kudengar semua kata-katanya. Dia mencintaiku, tapi aku dulu masih sangat-sangat tak mengerti tentang cinta. Yang aku tahu, hatiku perih pada Irwan, lalu kutemukan Indra. Kuberikan kepercayaanku padanya, dan pada satu saat entah kenapa semuanya hilang. Lalu apakah aku salah? Aku masih ingat, Indra pernah berkata bahwa rasa ini titipan Tuhan, jagalah sampai diambil lagi oleh-Nya. Kini setelah perasaan ini diambil, apakah aku jadi bersalah?

Kini, sambil menulis email ini aku juga terus menangis, kelebatan masa lalu berjalan-jalan, bergantian, Indra, Irwan, Nisa, Indra, Irwan, Nisa, Indra, Irwan, Nisa, Airin... mereka semua begitu serasi menggangguku.

Lihat selengkapnya