Mozaic

Hendra Purnama
Chapter #50

MEREKA: Bukan Permainan, Meski Terlihat Seperti Itu

“Air, kamu mau main apa lagi sih?”

Mata Airin membulat, polos, Dia malah balik bertanya “Aku main apa?”

“Iya, main apa?” Zaki merenggut

“Aku nggak main apa-apa...”

Mereka di perjalanan pulang dan Airin seperti tidak mau mengerti tentang Zaki yang sedari tadi menekuk wajah, tapi sebenarnya Airin mengerti hanya dia tidak tahu harus bertindak bagaimana. Baginya, kedatangan Indra ke Wisma Tetirah saja sudah merupakan misteri, kenapa begitu tepat ketika aku dan Zaki ada? Lalu ada pertanyaan lain mengganggunya sejak tadi, pertanyaan yang mungkin bisa membawanya menyebrang ke sisi lain dari Irwan. Ke semua gejala kejiwaan Irwan.

Tapi sepertinya Zaki tidak melihat itu semua, dia lebih peduli pada kecurigaannya. Dia curiga aku yang atur ini semua? Kadang dia bisa konyol! Airin sebenarnya kesal, tapi dia berusaha tenang, dia tahu Zaki sedang sangat labil. Itu juga yang menyebabkan dia tadi cepat-cepat mengajak Zaki pulang, ketika Zaki begitu saja menghambur keluar pintu.

Kini dia melirik Zaki yang sedang merenggut sambil memandang ke luar,

“Ki...” hati-hati dia memanggil, Zaki menoleh.

“Aku penasaran, Indra ngomong apa sih ke kamu?”

“Kenapa?”

Airin mengangkat bahu “Ya, aku keluar, Irwan pergi ke belakang sama mas Gi, kalian ngobrol, lalu mendadak kamu lari ke luar kaya dikejar setan. Wajar dong aku tanya. Memang Indra bilang apa?”

“Kamu suruh Indra ngomong apa?” Zaki melengos lagi.

“Kamu masih pikir aku yang atur ini semua?”

Zaki tidak menjawab, dia masih memandang ke luar. Airin mengatupkan bibir. Gemas, marah. “Kenapa kamu nggak tanya ke Indra langsung tadi? Atau mau aku putar balik mobil ini? Indra masih ada di sana, mau?!” Zaki masih tidak menjawab. Airin merasa masalah ini memang harus cepat dituntaskan, dia tidak mau ada di pihak yang dicurigai. Dia menginjak rem, begitu mendadak sampai Zaki terlonjak ke depan. Di belakang, sebuah sedan menghindar tepat di detik terakhir, terdengar makian “Anjing!” ketika sedan itu menyusul mobil mereka yang sekarang terdiam di tengah jalan, Airin melirik sedan itu, Plat B, isinya dua orang anak muda, mungkin mahasiswa, mereka sedang mengacungkan jari tengah. Airin menarik nafas, menghembuskannya, dia sedang tidak mau cari masalah.

“Gimana Ki, mau putar balik?”

Zaki menunduk, menggeleng “Jangan Air...”

Airin meminggirkan mobil, ini akan jadi pembicaraan panjang. “Kenapa kamu curiga sama aku? Sekali lagi aku bilang, aku nggak terlibat, aku nggak suruh Indra datang ke sana buat ketemu kamu atau apalah! Tapi jujur saja deh Ki, aku sendiri merasa bersyukur kalian bisa ketemu bertiga seperti tadi.”

Zaki menoleh “Maksud kamu?”

Lihat selengkapnya