Mozaic

Hendra Purnama
Chapter #56

MEREKA: Sebuah Kematian Lagi

Besoknya, Norma datang ketika hampir tengah hari, rupanya dia naik travel. Hal pertama yang dikeluhkannya adalah kemacetan, lalu udara Bandung yang tidak sejuk lagi. Tapi lalu dia mulai membuka pembicaraan tentang Zaki.

“Sudah ada kabar tentang Afrina?”  

“Belum mbak, saya sudah telepon beberapa teman juga nggak ada kabar. Tapi kalau boleh mbak, bisa cerita lagi apa yang terjadi waktu dia ke wisma? Mungkin ada petunjuk dari sana?”

Norma menggeleng “Saya juga bingung, satu-satunya yang dia lakukan di sana selain mengobrol dan menggambar adalah membaca…”

“Baca apa?” Airin heran, memang tidak aneh seorang Zaki membaca, tapi rasanya ada yang aneh ketika Norma bicara begitu

“Novel, punya saya…”

“Judulnya?” entah kenapa Airin tertarik bertanya itu

Norma kelihatan berpikir “Saya tahu ini kedengarannya lucu, tapi saya jadi ingat sesuatu. Di novel itu ada cerita tokoh-tokohnya pergi ke gunung Semeru, dan waktu Zaki sedang baca bagian ketika para tokohnya sampai ke Ranu Kumbolo dia bilang ke saya dengan anda bercanda kalau tempat ini cocok untuk menghilang. Saya kira dia main-main, atau cuma bercanda…”

Hening sejenak, Norma seperti mengumpulkan kekuatan untuk bercerita sementara Airin tidak hendak mendesak lebih jauh, sabar menunggu tanpa mengeluarkan sepotong kata pun.

“Sisa ceritanya sudah kamu dengar di telepon kemarin kan?”

Airin mengangguk “Tapi dia tidak mungkin pergi betul-betul ke sana, saya kenal dia mbak…” Dia berpikir sejenak “Tapi, ada obrolan aneh dengan Irwan mungkin? Atau apalah… atau, mbak bilang kemarin ada titipan untuk saya, dari Irwan? Apa ya mbak?”

“Bisa nanti saja? ada yang mau saya ceritakan dulu…”

Airin mengangguk, Norma bicara lagi, suaranya agak menurun “Di Wisma sedang agak kacu sekarang, saya pergi ke sini juga selain menghindar dari situasi kacau, juga karena memegang beberapa titipan yang harus diberikan langsung.”

“Kacau? Karena Zaki hilang? Itu bukan salah wisma kan?”

“Bukan, tapi level stress beberapa penghuni meningkat, bahkan bukan cuma penghuni, beberapa pendamping juga.”

“Termasuk mas Gi?

“Brastagi sudah keluar…”

“Kenapa?” Airin terkejut, kalau mas Gi keluar, terus Irwan gimana?

Norma menggeleng, “Dua hari setelah Afrina pulang, Brastagi juga mengundurkan diri. Mungkin dia pulang ke rumahnya di Jawa…”

Lihat selengkapnya