Mozaic

Hendra Purnama
Chapter #59

MEREKA: Pertemuan Dengan Sulisati 2

Waktunya berdiskusi, bukan wawancara lagi “Berarti sebenarnya Indra merasa ada yang berbeda sejak dia tahu kamu ada kan? Kalau begitu, kenapa kamu masih bertahan? Tidakkah kamu ingin Indra bebas dari belenggunya selama ini?”

Sulisati menggelengkan kepala, “Indra? dia terlalu lemah untuk menghadapi kenyataan. Justru itu, aku bertahan karena aku menginginkan kesembuhannya. Anggaplah aku adalah seorang teman hidup yang melindunginya sepanjang perjalanan hidup.” Sulisati diam sejenak “Dan katakanlah, aku mencintainya.”

“Kamu mencintainya? Bagaimana bisa?” Airin jadi bingung sekaligus tertarik dengan pernyataan terakhir Sulisati.

“Salahkah kalau orang mencintai dirinya sendiri?”

Airin menggeleng, Sulisati bicara lagi “Ingat, aku dan Indra adalah bagian yang sama, dia adalah aku, aku mencintai diriku dalam wujud lain. Apa itu salah?”

Sekarang Airin sudah tidak bisa menduga siapa yang pertama ada di dunia, apakah Indra atau Sulisati? Tapi dia berusaha menepis pertanyaan itu, menggantinya dengan pertanyaan lain. “Kamu tadi bilang, kamu bertahan karena menginginkan kesembuhannya, itu bagaimana?”

“Begini, siapa pun pasti akan merasa kasihan pada seseorang yang merana. Aku sebagai bagian dari dirinya merasa harus menolongnya. Bagi orang yang memiliki hati, pasti akan terusik jika ada tetangga atau orang terdekatmu terus-menerus mengeluh, meratapi sesuatu. Kita tentunya tidak akan tinggal diam bukan?” Sulisati diam menunggu jawaban, Airin hanya mengangguk. “Seperti itulah kurang lebih jika kuanalogikan. Sekarang biar kusampaikan sesuatu padamu.”

“Silahkan…”

“Aku merasa kasihan pada Indra, jiwanya begitu merana, tenggelam dalam kesedihan. Aku mengasihinya dan mencintainya semata-mata karena ingin dia bangkit. Siapalah yang paling sengsara di dunia ini daripada orang yang tidak dapat menikmati hidup? Seluruh waktunya terbuang percuma oleh ratapan, angan-angan yang sudah jelas tak mampu diraihnya. Dirinya terus begitu, padahal ada hal lain yang lebih mampu dilakukannya dan bahkan bisa menjadi lebih baik dari angan-angannya. Indra adalah salah satu manusia yang memilih jalan hidup meratap daripada mencari makna hidup.

Airin mencatat sesuatu, Sulisati balik bertanya “Bagaimana perasaanmu waktu lihat orang yang kamu cintai sedang kesusahan?”.

Airin terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku merasa kasihan...”

“Lalu apa yang timbul dari rasa kasihan itu?” Sulisati bertanya lagi, Airin sudah mengerti arah pembicaraannya. Pikirnya, Sulisati hanya ingin menjawab pertanyaannya tadi.

“Aku ingin membantunya keluar dari kesusahan itu.”

“Ya, sekarang kamu mengerti kan maksudku? Tidak ada cara lain menolong Indra kecuali aku terus ada, karena sejauh ini cuma aku yang bisa memahami dia.”

“Berarti kamu tahu apa yang membuat Indra begini?”

“Bahkan aku tahu apa yang membuat ‘kamu’ merasa begini...”

“Merasa bagaimana?” Airin mulai tegang, entah enapa

“Masa harus aku jelaskan? Kamu sendiri kan tahu!”

Lihat selengkapnya