Mr. Fahmi

UQ.Rivai
Chapter #1

#1 Hujan

Baru kali ini aku sangat bersyukur saat hujan turun. Aku bisa memandangmu lebih lama. Berdiri didekatmu lebih lama pula.

Kumohon Tuhan, jangan kau hentikan hujan ini. Sampai sorepun boleh kok,hehehe.

Aku memang gila. Bisa-bisanya aku berharap sesuatu yang gila ketika dia terlihat tidak nyaman. Dari tadi dia terus melihat kearah gerbang SMK di depan kami.

Dia seperti mengharapkan sesuatu disana. Apa aku salah? Atau dia benar-benar menunggu seseorang datang.

Sudah satu jam kami berdiri di depan gerbang sekolah karena hujan. Semua orang sudah pulang seusai rapat OSIS tadi.

Awalnya, hanya tersisa aku yang memang bersembunyi dari kakakku Beno yang menjemputku. Aku sengaja bersembunyi darinya karena kesal. Meski aku merasa bersalah karena dia menungguku selama satu jam tadi. Tapi aku masih tak ingin berbicara dengannya.

Tadi pagi dia menelantarkanku di depan kampusnya. Gara-gara cewek yang dia suka bilang mau pulang ambil makalah. Alhasil aku ditinggalkan di halte depan kampusnya sendiri.

Jengkel banget. Sumpah. Padahal awalnya dia bilang cuma mau ambil jaketnya yang ketinggalan di kantin kemarin. Eh, malah aku yang ditinggalin.

Parahnya aku jalan kaki ke sekolah. Biarpun gak begitu jauh, tapi tetap saja, rasa jengkelku ini sudah terlanjur menggunung.

Nah, pas dia sudah pergi karena bosan nunggu, aku keluar dari kelas dan jalan ke gerbang.

Aku udah yakin banget kalau gak ada lagi orang di sekolah. Tiba-tiba makhluk luar angkasa yang terlalu tampan ini muncul entah darimana. Dia berjalan di belakangku, lalu memegang bahuku, membuatku melompat dan berteriak karena kaget. Eh, ternyata dia cuma mau ngasih pulpenku yang jatuh.

Belum sampai di gerbang, hujannya sudah keburu jatuh kayak di film-film. Begitulah sampai aku bisa berdua dengan dia disini.

Tapi ini terlalu tenang. Cuma ada dia yang berdiri di tengah dan aku yang kemudian jongkok beberapa langkah di belakangnya. Kami seperti dua patung di antara hujan. Benar-benar canggung.

Aku ingin menyapanya, tapi aku terlalu takut. Takut dia hanya menganggapku sebagai lalat. Jadi aku terus mendongak ke atas untuk menikmati ketampanannya dari belakang.

Fahmi tampan, jangan berbalik ya.. Ka...

"Kenapa? Ada yang aneh? Kenapa melihatku terus?" Tanyanya ketus. Sumpah kaget banget aku. Ni alien akhirnya bicara juga. Tadi pas ngasih pulpen juga gak bicara apapun. Biasanya biar di liatin semua cewek di sekolah juga gak komentar apapun.

"Aku nggak sengaja liat kamu kok! Itu ada cicak tadi di atap." Jawabku asal. Tapi kenapa cicak sih?

"Nggak mau pulang? Mau nunggu sampe kapan? Hujannya gak bakal berhenti sekarang, langitnya masih gelap banget."

"Ah, itu, nggak deh. Aku nunggu hujannya selesai aja."

"Jemputanmu mana? Mau pulang naik apa? Gak ada taksi di sini. Ayo jalan ke halte."

"Itu, kamu ngajak aku nerobos hujannya gitu?"

"Menurutmu?"

"Yah, tapi..."

"Berdiri!!"

"Ya?" Belum sempat aku menyelesaikan omonganku, dia langsung menarik tanganku yang menggulung di atas lututku. Membuatku berdiri mendadak. Kakiku rasanya lemas karena terlalu lama jongkok.

Lebih mengejutkan lagi, bahwa dia tiba-tiba melepas jaketnya dan menutupkannya ke kepalaku. Memegang tanganku lagi dan membuatku berlari bersamanya.

Syok yang kurasakan ini sungguh betubi-tubi. Apa dia memang orang yang seperti ini? Kenapa aku baru tau?

Lihat selengkapnya