Mr. Harrison dan Passionate

Putri Nurhidayah
Chapter #4

Willy | 4

Aku melihat orang yang menarik pinggang ku, maksudnya orang yang melingkarkan tangan nya di pinggang ku dia adalah Willy-Mantan Jessica sahabat kami.

"Kamu terluka?" Raut wajah manisnya memandang ku khawatir. Lucu juga melihat Willy seperti ini.

Sedikit cerita, kisah cinta Willy dan Jessica kandas karena Jessica memiliki kekasih baru. Jika dikatakan bahwa Jessica memiliki pacar banyak ya itu memang benar adanya bahkan Saudari ku gampang sekali bosan dengan lawan jenisnya. Tetapi, Willy dan Jessica putus dengan cara baik-baik mengingat kami bertiga adalah sahabat tidak membuat keduanya berkeinginan menghancurkan persahabatan itu, walaupun sempat akan hancur.

Aku tertawa kecil mengingat nya, lalu aku memandang Willy yang masih memeluk ku dari belakang hanya satu tangan saja tetapi mungkin jika orang lain yang melihatnya itu termasuk memeluk bukan membantu.

"Ya, kedua lutut ku terluka" Ucap ku melihat kedua lututku ya walaupun sia-sia karena ketutupan dress.

Willy mengikuti arah pandang ku. "Tidak terlihat" Tentu saja tidak terlihat, kan dress ku di bawah lutut. Ingin sekali aku memukul belakang kepala Willy.

"Tertutup dress ku" Willy mengangguk dan melepaskan tangannya di pinggang ku, Willy berdiri di samping kanan ku dengan tangan berada di bahu ku.

"Ingin aku antar pulang" Aku menatapnya apakah dia tidak ada kelas untuk hari ini? Ingin menjawab iya karena aku pasti tidak bisa pulang sendiri.

"Jika kamu memikirkan tentang kelas, ya kelas ku kosong" Wah ada kemajuan untuk Willy dia bisa membaca pikiran ku.

Willy tertawa memperlihatkan lesung pipi nya. "Jangan berpikir bahwa aku dapat membaca pikiran" Oke aku diam, Willy terlihat menyeramkan.

"Mengapa wajah mu seperti itu, Passion?, Aku mengatakannya karena wajah mu mudah sekali di tebak" Aku mendengus mendengar panggilannya tidak pernah berubah sedari dulu. Dasar Willy.

Tetapi dari pada itu sepertinya kami terlalu lama berdiri di koridor depan ruang rawat kampus. Aku merasa merinding seperti ada seseorang yang memperhatikan kami berdua, aku juga lupa bahwa hari ini hari kamis yang berarti nanti malam adalah malam jumat, malam untuk orang menghasilkan uang dengan cara ngepet. Gak bercanda.

Seperti ada hawa-hawa mencekam dengan niat membunuh? Mungkin.

Jika kami berada di dalam komik mungkin di sekeliling kami ada asap hitam yang terlihat suram. Dan, ada makhluk yang berdiri di ujung lorong menuju ke lapangan utama menatap ke kami dengan mata berwarna merah tidak terlihat tubuhnya karena kurangnya pencahayaan. Tetapi, ini salahnya dunia nyata bukan komik. Terlalu banyak membaca komik membuat ku sangat terbiasa dengan khayalan.

Aku dan Willy berjalan pelan, aku menunduk melihat cara jalan ku yang pincang dan saat aku mendongakkan kepala ku, aku sungguh terkejut di lorong menuju ke lapangan utama berdiri seseorang. Dia adalah Pak-Anatomy.

Mengapa pas sekali seperti yang ku pikirkan yang membedakannya adalah tidak ada asap hitam, mata merah dan kurangnya pencahayaan karna ini siang hari.

Pak-Anatomy memandang ke arah kami tajam, aku tidak tahu salah ku apa tetapi tatapannya menandakan kibarkan bendera perang. Aku bukan musuh.

Pak-Anatomy berjalan ke arah kami. Tatapan matanya tidak lepas dari ku. Aku berhenti dan membeku karna tatapannya membuat Willy yang berada di samping ku terlihat bingung memandang ku.

Lihat selengkapnya