Raja tampak berjalan mengelilingi meja kerjanya sendiri. Dahinya berkerut dan matanya terpejam. Ia tak bisa percaya dengan berita dari dua utusannya yang baru pulang setelah mengintai Tanah Seira yang akan mereka rebut. Beberapa cerita dan kisah Tanah Seira sangat sesuai dengan harapan mereka bahwa tanah di sana cukup luas dan sangat baik. Tempat yang sangat tepat untuk pangeran ketiga.
“Di sana ada keturunan dewi yang menjamin kesuburan tanah mereka?” Raja mengulang pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya"
“Benar yang mulia, mereka bilang musim apa pun tak membuat panen gagal karena ada Dewi Asyera. Tapi, kalau dewi merasa tidak bahagia, tertekan atau sedang kesulitan, tanah mereka kering dan tak akan menghasilkan apa pun. Kalau pun hujan datang, hujan itu tak berhenti hingga berhari-hari hingga menghanyutkan hasil tanah”
“Benar, yang mulia” Adney menambahkan. “Jadi, niat yang mulia raja ingin membunuh semua orang di sana mohon dipertimbangkan kembali. Itu akan menyusahkan hati dewi, dan tanah itu tidak akan menghasilkan yang baik lagi. Apalagi...dalam beberapa hari ini, dewi akan menikah...”
“Aku tidak ingin menikah ayah!” suara pangeran ketiga memotong pembicaraan Adney. Dua utusan itu seketika diam. Raja memandang putra bungsunya yang tiba-tiba datang. “Yang mulia raja, tolong pikirkan kembali rencana pernikahanku”
Adney dan Ansell cukup terkejut mendengarnya. Selama mereka pergi, mereka sudah ketinggalan banyak berita kerajaan.
“Kalau yang mulia raja ingin aku meninggalkan istana ini, aku akan pergi. Tapi jangan mencampuri kehidupan pribadiku"
“Maaf kalau sebagai ayah, aku sudah keliru. Tapi ini untuk kebaikanmu agar kau tak kesepian, anakku”
“Tidak! Aku akan menentukan hidupku sendiri”
“Besok pagi, pasukan yang telah ayah siapkan akan pergi untuk merebut Tanah Seira”
Pangeran ketiga terdiam seketika. Ia tak mengira istana sudah bergerak cepat untuk mengusirnya. Ia langsung berpikir bahwa saudaranya yang lain sudah mendesak ayahnya.
“Ayah sudah bicara dengan Tuan Rafe bahwa jika kau menolak untuk menikah, kami akan menikahkanmu di Tanah Seira. Intinya kau harus segera menikah”
“Aku bahkan tidak tau pilihan ayah”
“Ayah tidak akan memberikan rencana buruk untukmu. Dia, calon istrimu adalah anak sahabat ayah. Dia putri kepala tabib kerajaan”