Siang itu matahari bersinar cukup terik. Danau yang tidak terlalu besar tampak sebening kristal. Udara mulai hangat meski tanah masih lembap karena hujan yang mengguyur Tanah Seira semalam. Di atas rumput hijau di sisi danau, sepasang kekasih duduk menghadap danau. Si gadis meletakkan kepalanya di pundak lelakinya
“Ini tempat kesukaanku,” bisik si gadis.
“Kenapa?"
“Karena kita bertemu di sini. Kau hampir tenggelam waktu itu. Lalu aku datang menyelamatkanmu"
“Hei, aku tidak tenggelam. Kakiku tersangkut akar-akar di bawah danau itu jadi aku susah naik”
“Tapi kalau aku tidak datang kau mungkin bisa mati”
“Iya...kau memang menyelamatkanku”
Si gadis bangkit berdiri dan berjalan mendekat ke arah danau. Ia membungkuk sedikit. Refleksinya terlihat di permukaan danau yang bening. Ia membungkuk dan menyentuh air danau dengan tangannya. Air danau terasa dingin di kulitnya.
“Dewi Davonna, kau sedang apa?"
Karena dewi tak menyahut Larenz bangkit berdiri dan mendekati dewi. Ia memegang tangan dewi dan menariknya karena dewi tampak sangat dekat dengan danau.
“Kau terlalu dekat nanti kau jatuh, air danau pasti dingin sekali”
“Kita tidak tau kalau kita tidak mencobanya, kan”
“Maksudmu? Kau mau mandi di danau ini?”
Dewi tertawa. Niatnya sudah diketahui. Ia memang terkadang kekanak-kanakan dengan idenya. Rasa penasarannya yang sangat tinggi terkadang merepotkan orang di sekitarnya. Larenz mengajaknya pulang karena ia berpikir dewi mungkin akan terjun ke danau itu.