Putri Davonna tak bisa mengingat semuanya, ia hanya mengingat tiap bagian penting istana. Istana utama berada di tengah, dikelilingi halaman hijau bak permadani raksasa. Di sekelilingnya ditanami bermacam-macam bunga. Di sebelah barat istana terdapat istana baru, perpustakaan, dan balai pengobatan. Di sebelah timur ada beberapa paviliun untuk para selir. Di sebelah utara terdapat beberapa kebun yang terbelah jalan besar. Di sebelah selatan istana terdapat tanah lapang tempat para prajurit khusus berlatih, kandang untuk ratusan kuda dan ruang penyimpanan alat persenjataan sebagai pertahanan istana.
Di sanalah perjalanan kecil berkeliling istana berakhir. Selir dan putri Davonna duduk di balai-balai yang menghadap langsung ke tanah lapang. Di sana para prajurit sedang berlatih dengan pakaian perang lengkap seperti ketopong baju zirah, kasut dan perisai dari besi dan tembaga.
Selir menyesap tehnya dengan anggun dan memandang pangeran Darren dari kejauhan.
“Bagaimana, putri Davonna? Lebih baik kan daripada di dalam kamar?”
“Ya...terimakasih yang mulia sudah mengajakku berkeliling istana”
“Raja sedang bersama ratu. Pangeran pertama dan kedua sedang mendata upeti. Aku butuh teman bicara. Aku bersyukur ada kau”
Putri Davonna tersenyum. Ia memandang prajurit yang berlatih di bawah terik matahari. Mereka berlatih dengan pedang, tombak dan panah. Tiba-tiba matanya melihat seseorang yang berada di barisan paling depan. Pangeran Darren. Seketika putri Davonna kehilangan semangatnya. Suasana hatinya kembali buruk. Ia berniat meninggalkan balai itu tapi selir kerajaan masih duduk tenang. Tehnya pun masih tersisa.
Cepat-cepat putri Davonna mengangkat cangkirnya dan menghabiskan sisa tehnya"
“Ibu, maaf aku sedikit lelah. Aku ingin isti...”
“Lihat, suamimu berjalan ke sini”
Pangeran Darren setengah berlari menuju balai-balai. Ibu selir tersenyum ke arahnya. Putri Davonna memandang suaminya sebentar dan segera mengalihkan pandangannya pada prajurit di tengah lapangan.
“Kau berlatih sangat keras pangeran” ibu selir tersenyum.
“Ya, aku sedang melatih prajurit khusus untuk Tanah Seira”
“Untuk Tanah Seira?” ulang ibu selir.
“Ya, Tanah Seira perlu pertahanan untuk mempertahankan wilayahnya. Maka dibutuhkan prajurit yang memenuhi standard"
“Putri, kau ingin berlatih memanah dengan pangeran?” tanya selir. Putri Davonna sedikit terkejut namun menutupinya dengan senyuman halus. Ia menggeleng pelan.