Mr Landlord And I

Elsa Rumahorbo
Chapter #18

Chapter 17

Pangeran sampai di Tanah Seira di hari ketiga setelah keberangkatannya. Ia menempuh jalan pintas yang sudah dibuat warga. Jalan itu masih terjal dan berbatu-batu namun sudah bisa dilewati. Ia langsung melihat pembangunan istana yang mulai terlihat. Beberapa warga sudah mulai membangun rumah baru.

Dengan kudanya, pangeran Darren dan seorang pengawalnya menuju perkebunan di bawah bukit. Pangeran turun dari kudanya dan melihat langsung tanah itu. Tanah begitu kering dan gersang. Tak ada pohon yang berbuah. Sawah kering dan tak ada padi yang tumbuh. Ladang-ladang lain di sekitarnya pun kering. Akar-akar tanaman tidak bisa tumbuh ke dalam tanah. Sedikit angin langsung menggoyahkannya.

Pengawal mendekat pada pangeran yang memandang sekeliling ladang.

“Yang mulia pangeran, kata beberapa warga, sejak mereka tiba di sini mereka sudah mulai mengusahakan tanah ini. Mereka menanam tapi besoknya bibit itu sudah diterbangkan angin. Tak ada yang bisa tumbuh di tanah ini. Tidak hanya di tanah ini. Di atas bukit pun tanah tidak bagus”

Pangeran Darren diam dan berpikir. Ia tak punya solusi yang tepat untuk masalah ini. Masalah alam ini di luar kendalinya. Ia tak bisa berbuat banyak. Penasihat kerajaan pun mungkin tak bisa memecahkan masalah ini. Saat tanah kering dan tak bisa ditanam apapun, yang dibutuhkan hanya hujan. Hujan tidak turun selama beberapa minggu. Bahkan air sungai dan danau tampak surut.

“Apa ada cenayang di antara rakyat?”

“Untuk apa yang mulia pangeran?”

“Kita perlu hujan. Kita perlu melakukan sesuatu untuk menurunkan hujan, mungkin dengan ritual pemanggil hujan”

“Baik. Akan hamba selidiki di antara rakyat”

Pengawal meninggalkan pangeran Darren yang masih memandang tanah luas yang terhampar di depan matanya. Begitu luas tapi tak bisa menghasilkan apapun. Seperti tanah yang terkutuk. Sangat jauh berbeda dengan kabar yang didengarnya tentang Tanah Seira dan juga buku yang baru dibacanya tiga hari lalu.

Lihat selengkapnya