Begitu sampai di Tanah Seira pangeran segera menemui cenayang. Mereka mengadakan ritual pemanggil hujan yang dipimpin oleh cenayang tersebut. Ritual pemanggil hujan dilakukan dengan mengumpulkan semua rakyat untuk menari dan bernyanyi selama tiga hari berturut-turut. Tarian mereka diiringi alat musik. Putri Davonna tak pernah melihat melihat ritual seperti itu.
Malam ketiga ritual itu, hujan turun ke Tanah Seira. Warga bersorak dan semakin menari-nari. Mereka bersukacita karena ritual mereka berhasil memanggil hujan. Tak ada yang berhenti saat hujan mulai membasahi mereka. Mereka justru lebih bersemangat menari-nari di bawah deras hujan.
Pangeran Darren terlihat lega. Ia yang duduk di balai-balai depan rumah putri tampak tersenyum. Hujan yang turun malam itu menjadi tanda bahwa Tanah Seira akan baik-baik saja, seolah hujan menghapus semua masalah di tempat itu. Di sampingnya putri Davonna kedinginan karena angin bertiup cukup kencang. Dayang segera memberikan kain tebal untuk putri Davonna.
“Putri, sebaiknya kau berisirahat. Ritual ini sudah selesai karena hujan telah turun” suara dayang hampir dikalahkan suara hujan. Putri Davonna mengangguk. Ia meninggalkan balai-balai dan segera masuk ke rumah.
Namun keesokan harinya, hal yang tak terduga kembali terjadi. Hujan semalam menggenangi ladang-ladang warga dan menghanyutkan bibit yang mereka tanam. Tak ada sejengkalpun tanah yang kering. Tanah terlalu basah dan gembur, benih tak bisa tumbuh. Tanah tidak bisa menyerap air hujan dengan baik hingga meninggalkan banyak genangan dan menyulitkan tanaman untuk tumbuh.
Pangeran Darren memejamkan matanya. Ia merasa sedikit pusing dan kesal. Ritual pemanggil hujan memang berhasil memanggil hujan, tapi tak menyelesaikan permasalahan tanah itu. Di ruang baca milik kepala daerah Haven yang dijadikan ruang kerjanya, pangeran Darren melanjutkan membaca tentang Tanah Seira. Ia mengusap keningnya. Meskipun ia pemilik tanah tapi ia tak punya solusi untuk masalah itu.
Hanya putri Davonna yang bisa mengembalikan keadaan krisis itu. Pangeran telah membaca bab tentang masalah tanah di Seira. Masalah itu hanya bisa ditangani oleh keturunan dewi kesuburan tanah, Putri Davonna.
Dia sendiri yang harus mengatasi masalah ini.
Pangeran Darren menutup bukunya dan segera mencari putri Davonna. Seorang dayang baru saja keluar dari kamar putri. Ia langsung meminta dayang itu menjauh. Pintu kamar putri tidak pernah terkunci, tapi sejak memasuki Tanah Seira ia tak ingin bertemu dengan siapa pun. Pangeran masuk kamar putri dan mengunci ruangan itu dari dalam.
Dalam kamarnya, putri berdiri dekat jendela. Langit masih mendung. Awan kelabu masih menghiasi langit, menutupi cahaya matahari. Ritual pemanggil hujan berhasil, kini hujan enggan meninggalkan Tanah Seira.