Putri Davonna membuka gaunnya dan berjalan ke arah danau. Ia perlu menenangkan diri. Ia seorang dewi yang harus terus menjaga kebahagiaannya supaya tanah Seira tetap subur dan menghasilkan tuaian yang baik. Tanah itu warisan turun temurun dari garis keturunan dewi. Ia harus menjaganya dan tetap membuatnya menjadi tanah yang baik. Putri Davonna menenggelamkan seluruh tubuhnya kecuali kepalanya. Ia mencoba mengikhlaskan orangtuanya. Ia mencoba berpikir bahwa orangtuanya bahagia karena ia masih hidup dan berharap ia akan hidup bahagia selama sisa hidupnya.
Putri menenangkan pikirannya dan memohon pada ibu, nenek dan pendahulunya untuk melihat tanah Seira dan mengingat semua kebaikan yang pernah mereka lakukan. Ia meminta pada leluhurnya untuk mengembalikan kestabilan tanah Seira tanpa memandang keadaan dirinya yang tertekan dan bersedih. Ia memohon supaya kejayaan Tanah Seira tidak berhenti dan semua daerah atau wilayah tetap mengetahui tak ada tanah sebaik dan sesubur Tanah Seira yang selalu memberikan hasil tanah baik tak peduli musim apa pun.
Ia berendam di danau. Hanya kepalanya yang berada di atas air. Di atas batu besar di dekat air terjun ia meletakkan daging asap dan air perasan jeruk. Itu adalah makanan dan minuman kesukaan ibunya. Ia berharap ibunya mau ‘menemuinya’ dan memberinya saran.
Putri Davonna dan dayang Floy sudah tiba di air terjun mutiara bulan pagi tadi. Ia berangkat sore hari dari Tanah Seira. Kini sudah hampir dua belas jam putri Davonna berendam di dalam danau. Dayang Flo tampak khawatir karena putri akan merasa kedinginan.
Dalam bayangan putri, samar-samar ia mendengar suara air beriak-riak. Ia juga bisa merasakan seseorang berada di dekatnya.
“Ibu...kaukah itu?” suara putri Davonna terdengar lirih.
“Aku Laurice, nenek buyutmu”
Putri Davonna menundukkan kepalanya.
“Seperti yang kau tau, keadaan Tanah Seira bergantung pada keadaan pemilik aslinya, kita, keturunan Dewi Asyera. Tapi ada satu hal yang kaulupa, kebahagiaan orang-orang di sekitarmu. Apa mereka sudah bahagia dengan keberadaanmu?”
Putri Davonna mengerutkan kening. Orang-orang di sekitarnya tak pernah menunjukkan betul perasaan mereka. Akhir-akhir ini ia memang sudah mulai menghilangkan kesedihan hatinya.