Menjelang larut malam, dalam ruang kerja pangeran Livian, dua orang bersaudara masih membaca dan mencatat catatan upeti tahunan. Di meja persegi sudah tampak buku-buku yang menumpuk dan kertas-kertas yang berserakan. Catatan upeti harus mereka salin dari tingkat harian, bulanan hingga tahunan. Raja Cristopher memerintahkan itu pada Livian. Sebelumnya ia tak pernah meminta bantuan keluarga kerajaan, ia hanya akan memerintahkan juru tulis atau juru pustaka.
Pangeran Livian tampak mengusap matanya yang sudah terasa berat. Ia berkali-kali menguap. Di sampingnya masih ada catatan upeti dari daerah selatan yang belum diperiksa. Ia memandang adiknya, yang duduk di depannya. Pangeran Darren masih tampak tenang, tak terlihat menguap, dan matanya tampak segar.
“Apa kita akan begadang malam ini?” tanya Pangeran Livian. Nadanya memohon untuk tidak melakukannya.
“Sepertinya hanya kau, aku tidak punya banyak waktu”
“Apa maksudmu?”
“Aku harus kembali ke Tanah Seira. Tidak mungkin terlalu lama di sini”
Mungkin akan kutemukan sesuatu di sini.
Detik berganti menit. Menit berganti jam. Pangeran Darren masih memeriksa dan menyalin catatan upeti kerajaan. Suara ayam berkokok terdengar samar. Matanya mulai lelah dan punggungnya terasa sakit. Pangeran Livian sudah menumpuk buku dan meletakkan kepalanya di sana.
Tunggu...ini...
Tangan Darren menulis lebih cepat meski kini jarinya terasa kaku. Tulisannya pun mulai tak rapi. Ia berpikir tidak apa-apa selama juru pustaka masih bisa membacanya n
anti. Ia menyalin beberapa catatan untuk dibawa ke Tanah Seira dan menyelidikinya di sana. Sudah kuduga, aku akan menemukan sesuatu di sini.