Ratusan pasang mata memadang raja mereka yang telah duduk di atas kuda putih dengan gagah. Baju zirahnya tak menandakan ia akan pergi berperang. Itu hanya simbol kegagahannya. Di belakangnya sudah berbaris selusin kuda dengan penunggangnya masing-masing. Tepat di belakang raja, seorang dengan wajah keras dan beberapa bekas luka, panglima perang, tampak siap mengawal rajanya ke mana pun.
“Aku akan menemui putra bungsuku. Ia sudah mendatangiku beberapa hari yang lalu. Kini, giliranku mengunjunginya. Akan kuserahkan semua tanggung jawabku pada Putra Mahkota Rainord. Saat aku pergi, dialah raja sementara kalian.” Suara lantang raja disambut ratusan postur yang membungkuk.
Putra Mahkota Rainord berjalan pelan mendekati ayahnya.
“Hati-hati di jalan, ayah. Salamku untuk adik bungsuku”
“Baiklah. Kau adalah raja negeri ini selama aku berada di tempat adikmu. Jaga dan lindungi negeri kita"
Putra mahkota Rainord menunduk. Meski tak resmi, namun perkataan raja adalah titah. Mereka semua yang menyaksikan itu telah melihat pengalihan jabatan antara ayah dan anak pemimpin negeri.
Ratu Hester dan Selir Charlene tersenyum kecil. Raja Cristopher memacu kudanya meninggalkan istana. Puluhan pengawal membuka jalan bagi rombongan itu dan mengawal dengan baik. Sampai di gerbang paling luar istana, hanya raja dan selusin rombongan yang meninggalkan istana.
“Kembalilah ke posisi kalian masing-masing” ratu Hester memerintahkan para dayang dan pengawal. Selir Charlene tampak meninggalkan halaman utama dengan sedih. Pangeran Livian dan Pangeran Clevon meninggalkan halaman juga. Sementara itu tak ada seorang pun yang melihat saat ratu Hester tersenyum sangat lebar. Ia ingin meluapkan kegembiraannya dengan tertawa lepas namun ditahannya.
“Anakku,” panggilnya. Putra Mahkota Rainord menoleh. Ia menyadari ibunya hanya seorang diri di belakangnya. Ia segera menghampiri ibunya.