Mr Landlord And I

Elsa Rumahorbo
Chapter #31

Chapter 30

“Tidak mungkin” tangan Pangeran Darren terasa lemah. Beberapa kemungkinan terbesit dalam pikirannya. Setelah memeriksa laporan penerimaan upeti, Pangeran Darren menemukan sesuatu yang janggal. Ia menyimpulkan wilayah selatan memang melakukan penggelapan dan menulis laporan palsu, tapi pihak istana seolah menutup mata dan telinga.

“Yang mulia Pangeran Darren,” suara bass yang terdengar samar menyapanya dari luar ruangan.

“Ya, masuklah”

Seorang pengawal masuk. Ia membungkuk sebentar, kemudian mengeluarkan sebuah buku yang disimpan di balik bajunya. Ia mengusap buku itu sebentar lalu menyerahkannya pada tuannya.

“Seperti yang mulia duga, sangat suit mendapatkan buku itu meskipun udah menunjukkan surat perintah dengan tiga cap keluarga kerajaan. Pangeran Livian dan Clevon bersedia membubuhkan cap mereka"

Pangeran Darren mengambil buku yang dibawa pengawal itu.

“Itu hanya salinan yang dibuat juru pustaka, sejarawan tak mengizinkan aku melakukannya sendiri"

“Baiklah. Kerja bagus, Ansell. Terimakasih”

Pengawal bernama Ansell pergi setelah membungkuk. Tanpa pikir panjang ia segera membuka buku itu. Buku itu berisi laporan harian pengawal dan biro kepolisian divisi kejahatan ringan. Ia membacanya dengan hati-hati dan berkali-kali menghela napas.

“Hari kedua, kepala biro kepolisian, Rusell, mengutus dua orang pengawal dari divisi kejahatan ringan untuk menjemput warga sipil M dari salah satu kota di wilayah selatan secara diam-diam” Pangeran Darren bergumam pelan. Ia membaca semakin cepat.

Dalam buku itu tertulis kegiatan di hari berikutnya.

Hari ketiga, warga sipil M diinterogasi. Penyelidikan dilakukan secara tertutup.

Hari keempat, warga sipil M telah terbukti bersalah

Hari kelima, warga sipil M dibawa ke biro kehakiman, dan dijatuhi hukuman pengasingan ke pulau terjauh dan terluar dari istana.

Salinan singkat itu menjawab setengah kekhawatirannya. Kemungkinan yang banyak ia pikirkan mengarah ke hal yang lebih jelas.

Kalau begitu satu hal lagi yang harus kupastikan.

Suara ketukan pintu terdengar sangat pelan dan terkesan ragu. Pangeran mengerutkan kening. Ketukan itu berbeda dengan ketukan para dayang atau pengawal.

“Silakan masuk”

Pintu berderit karena dibuka sangat pelan. Pangeran Darren semakin penasaran, ingin melihat tamunya itu. Ingin rasanya ia bangkit berdiri dan membantu menarik daun pintu yang tampak berat bagi orang di baliknya.

“Putri Davonna?” Pangeran Darren sama sekali tidak mengira istrinya akan menemuinya dan datang dengan malu-malu. Ia sedikit kikuk. “Maaf, aku belum sempat menemuimu saat pulang dari istana. Banyak yang harus kukerjakan”

Lihat selengkapnya