24 Jam kemudian.
Pintu ruang interogasi terbuka. Pangeran Darren tersadar dari lamunannya. Ia memikirkan hal terburuk yang akan terjadi pada dirinya. Kepala Biro Kepolisian tampak memasuki ruangan berjalan ke arahnya.
“Pangeran Darren, kau bisa keluar sekarang”
“Benarkah? Interogasinya sudah selesai?"
“Ya, pernyataanmu dibenarkan tabib. Kau punya alibi”
“Apa kau sudah tau penyebab kematian ratu yang sebenarnya?"
“Kami akan menyelidiki lebih dalam dengan tabib yang merawat ratu selama ini”
Pangeran Darren bangkit berdiri. Tubuhnya terasa kaku setelah hanya diam saja di ruangan itu selama puluhan jam.
Kepala Biro Kepolisian mengantarnya hingga ke luar. Pangeran Darren terkejut melihat Davonna yang masih menunggunya di depan kantor kepolisian. Ia masih memakai baju yang sama dan tatanan rambut yang sama, sedang duduk di tempat yang sama, seolah tak beranjak satu inchi pun.
“Darren!” suara nyaring itu menyambutnya. Tak terdengar keletihan dalam suara itu. Hanya ada semangat dan keceriaan.
Wanita itu bangkit berdiri dan menghampiri suaminya. Ia meletakkan kedua tangannya ke wajah pria yang tampak pucat itu.
“Baru semalam, tau kau sudah tampak tirus dan pucat. Mereka tidak memberimu makan? Kau ingin makan apa sekarang? Akan kubuatkan. Apa mereka memukulmu? Kau terluka di mana saja?"
Tangan itu bergerak cepat turun ke pundaknya, dadanya, perutnya, dan menelusuri pergelangan tangannya. Darren merasa geli tapi ia lemah untuk menghindar.
“Aku tidak terluka. Mereka tidak memukulku”
“Benarkah? Coba lihat kepalamu”
Kedua tangan itu kini mencengkeram kepala Darren dan menariknya turun. Darren terpaksa menunduk. Wanita itu mengacak-acak rambutnya dan memeriksanya sampai ke telinga dan tengkuknya.
“Sudah kubilang, aku tidak terluka. Aku baik-baik saja”
“Oh...”
Kini Pangeran Darren memerhatikan istrinya. Rambutnya masih sama seperti terakhir kali dilihatnya sebelum masuk kantor polisi, tapi sedikit berantakan dan berminyak. Wajahnya juga pucat dan kering.
“Kau di sini selama aku di dalam?”
“Tentu saja"
“Kau tidak mandi atau makan?”
“Itu tidak penting”