Mr. Monoton

Syarif Hidayatullah
Chapter #2

Masa-masa Gabut

Gue bingung harus nulis apa hari ini. Rasanya tuh kayak apa ya, susah banget buat diungkapin. Hidup gue lagi dikelilingi kedamaian. Sama sekali enggak ada masalah yang memicu kreatifitas gue buat nulis cerita. Grup kepenulisan di sosmed juga gitu-gitu aja. Enggak ada yang inisiatif buat bikin cerita-cerita yang seru, semisal gantung diri dari toples nastar, pingsan karena enggak kuat nahan insomnia, atau motif ngerokin kekinian untuk mengusir pegal dan masuk angin buatan.

Karena belum ada yang bisa gue tulis, akhirnya gue iseng-iseng memosting kabar ke media, kalo gue akan mengundurkan diri dari dunia kepenulisan. Cari sensasi aja kek orang-orang biar tambah terkenal. 

Dua menit kemudian, sosmed geger. 

Gue buru-buru memeriksa headline news di tiap beranda sosmed-sosmed gue, dan ternyata gue udah ge’er. Postingan iseng gue terkubur oleh akun gosip cablak. Parahnya lagi, postingan gue cuma kalah pamor sama unboxing boneka barbie.

Sabarin dan maklumin, namanya juga nitijen.

Akhirnya gue berusaha mengisi waktu luang ini dengan menjaga rumah pribadi gue, bersenjatakan golok, sniper, dan alat-alat mematikan lainnya. Dua jam kemudian, mata gue mulai terasa berat, mulut menguap lebar saking nikmatnya udara tanpa tetangga. Enggak tahu kenapa, gue dimusuhin banget di komplek ini. Tetangga di sini tuh ya, giliran ditolong dia muji, selesai ditolong dia caci. 

Mau bagaimana pun, syukuri rezeki dari kesuksesan gue sekarang.

Gue pun meninggalkan kegiatan unfaedah ini, berjalan lunglai menuju ke tempat sakral yang enggak akan bisa dimasuki oleh mahluk halus sekalipun. 

Lihat selengkapnya