Mr. Secret Melody

ChiciUzm
Chapter #5

Irama Tidak Sinkron

Dentingan piano Reminiscent mengalun lembut. Setiap tutsnya dimainkan dengan apik oleh sang pianis. Dalam kondisi normal, aku akan sangat senang mendengar instrumen ini, sebab mengingatkan pada MSM. Sayang, timing-nya tidak pas. Bagas masih ada di sini!

"Soal itu ... kita bisa bicarain baik-baik, kan?"

Sial! Kenapa pula aku pakai kalimat tanya? Itu malah semakin membuat Bagas yakin aku tidak berdaya. Bisa-bisa dia bertindak semaunya.

Bagas memasang tampang sok berkuasa. Lengkap dengan smirk ala devil. Tuh, kan ....

Aku? Jangan ditanya. Sekuat apa pun aku berusaha, tubuhku tetap bergetar.

"Kenapa?! Bicara baik-baik?! Setelah merusak hubungan orang?! Kamu bercanda!" sentakannya membuat nyaliku lunglai. Di saat genting, biasanya MSM datang menyelamatkan. Tentu dalam bentuk chat dan audio pianonya. Kalau pun dia tidak menghilang, persentase kemunculannya kecil. Maka tak salah aku berharap Alan segera sadar dengan kengaretannya. Lagipula aku terlibat juga gara-gara dia!

Teng, teng, teng. Rupanya permainan piano masih berlanjut.

"Enggak. Kamu serius. Kalian serius! Apa si Alan bilang? 'Ran lebih cocok sama cowok yang lebih ganteng dari Bagas'. Dasar sirik! Ngomong aja demen!"

Aku tahu, orang yang sedang marah suka tidak sadar dengan apa yang diucapkannya. Tapi, aku baru tahu kalau orang marah bisa sambil curhat.

Lumayan tersentak dengan penuturan Bagas. Meski aku tidak setuju dengan hubungan Ran-Bagas yang katanya nekat ciuman di gedung belakang, aku agak risih dengan alasan Alan. Serasis itukah dia?

Kugelengkan kepala. Pasti ada alasan lain yang lebih kompleks dari ini. Bisa jadi Alan hanya memancing amarah Bagas. Dan rupanya berhasil. Tapi malah salah sasaran.

PHO, cepetan ke sini, oi! Tanggung jawab! batinku panik.

Ingin kuungkapkan bahwa dalam skandal itu aku tidak terlibat apa-apa. Cuman dibawa lari dan dengan sialnya malah jatuh. Kupikir aku tidak akan disangkutpautkan dengan masalah ini, mengingat Pak Johan tidak memanggil sama sekali.

Kehidupan memang penuh dengan plot twist.

Tapi, yang malah keluar dari mulutku, "Tu-turut ber-berduka cita sama ke-kan-da-san hu-hubungan kalian."

"Sialan! Kamu pikir, Ran geus paeh (udah mati)?!"

Kapan-kapan aku harus memberi pelajaran pada otak dan mulutku yang tidak sinkron.

Teng, teng, teng. Ini juga! Kenapa masih lanjut?! Iramanya tidak cocok untuk menggiring upacara kematianku!

DUK. Bagas menyudutkanku ke tembok. Rumor tentang si Ketua berandalan yang mempunyai sumbu pendek memang benar. Dia mengamuk tidak pandang cowok atau cewek. Sekarang malah sudah mengepalkan lengan. Menyiapkannya di udara, siap dilayangkan ke arahku. Aku pasrah. Siapa pun, tolong!

Piano terhenti.

Lihat selengkapnya