Ran pergi duluan setelah cowok beranting dengan pakaian compang-camping menjemput. Katanya pacar baru. Dia menggandeng cowok itu dengan manja dan mesra. Apa jadinya kalau pacar barunya tahu dia pernah menggoda Lamda?
Saat maaf-maafan dengan Ran, Bagas bilang dia sudah move on. Namun dari yang kulihat, wajahnya sekusut strip film yang keluar dari rolnya. Dia cemburu.
“Kamu masih harus berterima kasih sama Alan.”
“Sialannya si Alan enggak dateng,” sahut Bagat sekenanya.
Aku mengerutkan kening. “Orang yang enggak bisa dateng karena urusan mendadak itu ... Alan?”
Lamda dan Bagas mengiyakan.
Tentu saja. Tidak ada orang yang lebih pantas untuk dilibatkan dalam skandal Ran-Bagas kecuali si pelapornya sendiri. Aku pasti terlalu fokus pada lonjakan hormon remaja sampai tidak sadar. Tapi berterima kasih? Untuk apa?
Setelah memesan ulang minumannya, Lamda menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan kebingunganku. “Kata orang yang pernah mengenal Ran, sikap dan penampilan cewek itu berubah drastis. Memangnya benar? Aku sendiri sejak awal mengenal Ran dengan sikapnya yang sekarang.”
Belum sempat aku mengorek ingatan, Bagas lebih dulu menyahut. “Iya, beda banget. Dulu, dia cewek dengan riasan polos, cantik alami. Penampilan sederhana. Rambut hitam panjang mirip iklan sampo. Punya gingsul. Senyumannya ....” Malah Bagas yang senyum-senyum sendiri dengan pipi merona. Aku berdehem mencoba mentralkan apa pun yang dirasakannya. “Dia ramah dan sederhana. Enggak ganjen. Kalau sekarang ya ... bisa diliat sendiri. Aku enggak suka gosip dan paling benci digosipin, tapi menurut rumor yang beredar, Ran berubah berhubungan dengan geng 3R yang dipimpin Rakna.”
Aku juga sempat mendengar berita itu. Geng 3R dibentuk beberapa bulan lalu. Bukan Reduce, Reuse, Recycle melainkan ketiga anggotanya yang mempunyai nama berawalan huruf R: Rakna; Rumia; dan Ran. Sebelum bergabung, ketiganya memang sudah sangat terkenal bahkan sampai ke luar Lara. Maka tak heran bila 3R menjadi geng yang populer dan disegani.
“Kamu pasti udah dengar banyak rumor miring tentang Bagas. Dia ketua berandalanlah, pernah ngebegallah, sering berantem sampai korbannya masuk rumah sakit, dan julukan ‘Orang Nomor Dua yang Wajib Dihindari Setelah Pak Johan’. Seminggu aku jadi anak baru, udah dijejali informasi begitu. Aku yang keluarganya jadi enggak kenal dia yang diceritain anak Lara.”
“Lambat laun aku tau siapa si penyebar rumor ini, Ran. Entah apa motifnya. Aku mergoki dia waktu nyebarin gosip. Awalnya, Bagas enggak percaya saking bucinnya. Untunglah ada skandal foto mojok itu. Ran yang enggak mau ikut digosipin minta putus. Kalau enggak lewat itu, aku yakin Bagas makin bucin. Makin tambah juga berita enggak benernya.”
Lamda juga menjelaskan daripada disebut berandalan, Bagas dan teman-temannya lebih pantas dijuluki ‘Langganan Remedial’. Mereka bulak balik ke kantor BK bukan karena sering berkelahi, melainkan mengurus nilai yang lebih menyebalkan daripada manusia. Menyebut Bagas sebagai Ketua? Ah, mungkin karena Bagas satu-satunya orang dari kumpulan itu yang berani protes pada Pak Johan perkara ketatnya nilai di Lara. ‘Langganan Remedial’ jadi tertarik dan menjadikannya sebagai Ketua. Entahlah. Lamda angkat bahu.
“Makanya Gas. Rapikan penampilanmu. Aku juga udah bilang berkali-kali sama gengmu itu. Jangan heran kalau anak Lara mudah percaya dengan rumor palsu karena tampang lasak kalian mendukung.”
Bagas melengos. Aku terkikik. Setelah penjelasan Lamda, rasanya aku tak punya alasan lagi untuk takut pada makhluk yang satu itu. Dari sekian banyaknya rumor, mungkin cuman satu yang benar: Bagas punya sumbu pendek. Karena Lamda tidak mengoreksi. Aku pun pernah merasakannya sendiri. Asalkan tidak memancing emosi dan bukan korban salah target, maka hidupku aman.
“Sorry, aku harus pergi. Ibu udah nelepon lebih dari 33 kali.” Bagas bangkit dari kursi. “Lam, abis ini kamu jelasin semuanya ke Ibu.”
Lamda mengangguk. Bagas pun pergi.