"Lari dari masalah, masalah mengejarmu. Aha! Masalah baru."
Tanpa sadar, aku mengetuk-ketukan kepala pada kulit pohon retak-retak. Keningku sakit, sih. Tapi emosiku meledak. Mulutku terus berkata bahwa pemilik jiwa ini begitu ceroboh. Bagaimana tidak? Sudah tahu handphone-nya sekali senggol langsung K.O, malah kujatuhkan ke ember bekas pel yang airnya benar-benar cokelat. Berakhir pada, HP-ku tidak mau menyala.
Aku benar-benar ingin berteriak. Namun kutahan sebab tahu konsekuensinya. Pertama, bisa menarik banyak perhatian padahal sedang ingin menyepi. Kedua, bisa dianggap kesurupan karena teriakan tidak jelas. Lalu orang-orang akan membawaku ke UKS, tempat si perawat dengan bibir siap omel 24 jam nonstop berada.
Akhirnya, kuhentak-entakan kaki ke bumi. Menjerit tertahan dengan sedikit suara yang keluar. Mataku terpejam paksa membuat raut wajah mungkin tampak berkerut-kerut. Aku melakukan itu dengan kondisi kening masih menempel pada pohon cemara. Ah, Mr. Secret Melody, maaf aku belum sempat membaca pesanmu. HP luar biasaku sedang merajuk karena akhir-akhir ini tidak diperhatikan kesejahteraannya.
"Ssst, berisik!"
Perlahan membuka netra. Kucari sumber suara. Agak sebal sih, karena menghentikan aktivitas anehku. Hidungku baru saja mengendus bau minyak wangi yang khas. Maskulin tapi aromanya tidak menusuk. Aneh. Aku baru menyadarinya setelah mendapati penampakan cowok berjongkok menghadap tembok.
"He? Ngapain, kamu?" Rasa kesal berganti tanya. Dahiku berkerut-kerut.
Cowok itu berbalik. Matanya melirikku. Bibirnya dicebikkan. "Menjalankan tugas negara. Sangat rahasia. Jadi, bisa kamu diem?"
Aku menghempaskan napas gusar. Tempat menyendiriku sudah ada yang mengisi—selain aku, itu artinya tempat ini tidak lagi menjadi tempat menyendiri. Atau ... apa pun itu.
Si jongkok itu tampak tak asing di mata. Kalau tidak salah, namanya mengandung unsur huruf L. Tapi siapa? Lutfi? Leo? Lilo? Lola? Lili? Lisa? Aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin tiga nama terakhir. Duh, kenapa malah otakku yang jadi lola? L ... l ... emh ... oh, si Alan!
Alan tiba-tiba meloncat. Cowok itu cekikikan sambil melihat ponsel. Setelah itu mulutnya mulai meracau aneh seperti, "Mampus!" atau, "Syukurin! Makanya kalau pacaran tuh liat-liat muka. Ngerasa sebanding, ya?" Dan yang lainnya.