"Big Bro!"
PLAK.
Teriakan dari seberang lapangan muncul bersamaan bunyi tamparan keras.
Kini sang empu yang dipanggil telah sukses menjadi pusat perhatian di tengah lapangan. Namun ia hanya menatap sang gadis tak bergeming, tak berusaha mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Lo punya hati gak sih?! Lo liat jari-jarinya yang luka, lo liat!" Atha menarik tangan Kala yang sedari tadi menangis terseguk dibelakangnya.
"Dia udah mati-matian buat bekel untuk sampah sekolah kayak lo, tapi apa yang lo lakuin?! lo buang nasi gorengnya di depan muka dia dan seluruh orang. Seharusnya lo bersyukur masih ada manusia yang bisa suka sama lo!" Atha menaikkan intonasi suaranya.
"Gue gak minta dia lakuin itu buat gue." Alang menatap sekilas ke arah Kala yang masih saja terisak-isak.
"Tapi apa lo gak bisa hargain sedikit aja perasaannya? Dia itu manusia, punya hati."
"Hati gue udah ada pemiliknya, jadi ngapain gue ngasih dia harapan," Jawab Alang enteng.
"Gue gak peduli sama hati lo, yang gue peduliin hati temen gue."
"Lo gak penasaran siapa?"
"GAK."
"Yakin?"
"Gue bilang gak. Ya ENGGAK."
"Tapi lo tetep harus tau,"