“Ghendis,” panggil Mama ketika Ghendis hendak menuju kamarnya. Ghendis membalikkan badannya menatap Mama. “
Kamu tuh kebanyakan di kamar, lama-lama orang bakalan lupa sama kamu!”
“Ada apa Ma?” tanya Ghendis malas meladeni Mamanya yang akan mulai menceramahinya.
“Kamu ke supermarket beli tisu toilet, kaldu ayam, semprotan nyamuk oh iya tadi adik kamu titp beli kapas sama handsinitizer.” Mama memberikan kartu pada Ghendis. “Pakai kartu adik kamu, oh iya kamu kalau mau beli ciki beli aja tapi jangan kebanyakan micin enggak baik.”
Ghendis mengangguk. Mengambil jaketnya, ia berjalan kaki menuju supermarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Setelah mengambil semua pesanan Mamanya, Ghendis asyik memilik cemilan untuk stock di kamarnya yang sudah menipis. Kapan lagi adiknya mentraktirnya, jadi ia akan memanfaatkan sebaik mungkin yang amat teramat baik hingga sebagian besar keranjang dipenuhi cemilannya. Lagipula adiknya kaya, mengeluarkan uang yang tidak sampai setengah juta pasti hal kecil baginya.
Asyik memilih, tiba-tiba HP Ghendis berbunyi. Ghendis mengambilnya dan sedikit menyipitkan mata melihat pesan dari Chitra yang sangat amat teramat jarang. Ghendis membukanya dengan enggan, membacanya perlahan dan membelalakkan matanya.
GILA??!!
Chitra memintanya untuk membelikan dia kondom? Apa dia gila? Dia yang berbuat kenapa dirinya yang harus membeli persediaan tempur itu? Apalagi ini supermarket dekat rumah, jika ada yang melihatnya membeli itu apa kata tetangga? Bisa-bisa Mamanya akan membunuhnya di tempat!
Mengabaikan pesan adiknya, Chitra hendak berjalan menuju kasir namun Hpnya kembali berbunyi dan pesan adiknya masuk kembali memohon untuk dibelikan alat tempur itu dan berjanji sepulang kerja ia akan membelikan steak di salah satu restoran terkenal yang sedang hits.
Terbuai rayuan akhirnya Ghendis mengiyakan. Dengan cepat gadis itu mengambil sekotak kondom dengan sembarang dan berlari menuju kasir ketika sepi. Tidak ada reaksi aneh dari kasir melihatnya membeli sarung itu, mungkin karena penampilannya yang terlihat tua kah? Dikirnya ia sudah menikah?
Terserahlah, Ghendis tidak peduli! Ia hanya ingin cepat-cepat ke rumahnya dan kembali membuat sketsa komiknya.
Setelah transaksi pembayaran, Ghendis berjalan menuju rumahnya sambil memakan es krim dengan langkah ringan sambil sesekali berhenti jika sekiranya ada pemandangan yang menarik untuk referensi gambarnya.
Ia berencana mengikuti kompetisi webtoon yang diadakan setahun sekali di platform green. Platform baca nomor satu yang digemari banyak orang. Jika terpilih, karyanya akan dikontrak bahkan diadaptasi sebagai film maupun game, mendapatkan uang tunai ratusan juta dan hadiah menggiurkan lainnya.