Aku yakin aku bukan anak manja. Aku tidak pernah menuntut apapun pada keluargaku. Aku juga tidak pernah meminta sesuatu yang berlebihan pada lingkungan di sekitar. Semua teman-temanku tahu, siapa aku. Tapi, untuk hari ini saja aku punya sebuah keinginan.
Tidak muluk-muluk dan tidak sulit. Aku hanya ingin pulang, mandi air hangat dan langsung melompat ke atas tempat tidur. Tetapi, walau permintaanku cukup sederhana, untuk hari ini, sepertinya nasib sungguh tidak berpihak padaku.
Setelah presentasi yang berakhir petaka itu, kini aku harus membereskan semua barang-barang pribadiku di meja cubicle yang biasa kupakai.
"Hermione, beneran?" tanya Kak Nia sambil memandangku dengan tatapan sedih.
"Aku tidak punya pilihan lain," jawabku sambil tersenyum pahit.
"Huh,” nafasnya terdengar berat. “Aku sedih banget, saat tahu kamu tidak kerja di sini lagi."
"Aku juga, Kak. Aku akan sangat merindukan Kak Nia dan yang lainnya juga."
"Ya ampun Nia, apaan sih? Ga usah lebay. Kamu masih bisa ketemu dia besok. Hermione ga keluar dari kantor ini, dia cuma dipindahkan ke ruang sebelah, ke Team A," kata Ci Chien yang juga sedang bersiap-siap pulang ke rumahnya.
"Iya, tapi kan sudah beda ruangan! Gimana aku mau curhat kalau kamu ga duduk di sebelahku lagi?"
"Oh, please," kata Ci Chien memutar bola matanya, seolah ia tidak sanggup mendengar keluh kesah Kak Nia yang tidak beralasan. "Sudah ya, Cici pulang dulu, bye!" lanjutnya.
"Loh, Cici ga mau ikut pergi malam ini? Rencananya kita mau makan malam perpisahan sama Hermione," kata Mbak Sri.
"Besok aja makan-makannya. Aku ga mau makan sama anak baru yang mukanya udah kaya zombie. Lihatlah wajahnya! Saat ini dia lebih butuh tidur daripada makan," kata Cici Chien sambil melambaikan tangan.
Banyak orang yang sering salah paham dengan Ci Chien. Dia memang bukan tipe yang ramah. Ia tegas, kadang terkesan cuek dan kurang perhatian terhadap teman-temannya. Tetapi kadang memiliki teman seperti dia jauh lebih mengharukan.
Ci Chien tidak banyak bicara, tetapi dia memperhatikan kami lebih dari orang lain. Seperti sore ini, Ci Chien adalah orang pertama yang sadar jika aku lebih butuh tidur daripada pergi makan malam.
"Ok, Ci, besok siang ya, aku yang traktir," kataku sambil membalas lambaian tangannya.
"Asyik!" teriak Kak Nia yang juga disambut gembira oleh Mbak Sri.
"Tapi, jangan yang mahal-mahal, ya. Gaji bulan ini sudah menipis," kataku meminta sedikit belas kasihan.
"Iya, wanita-wanita seperti kita-kita ini, ditraktir makan gado-gado di kantin sebelah juga udah happy banget," kata Kak Nia.
"Gado-gado? Yang benar saja? Minimal juga beef bowl kali. Hei, anak ini ga dipecat, dia malah naik ke team A. Kenapa juga cuma traktiran gado-gado?" sahut Mbak Sri.
"Iya, nanti aku traktir beef bowl, tapi menunya paling murah ya," candaku riang.
"Nah gitu dong," kata Mbak Sri riang.
"Jadi, gimana persiapanmu ke team A?" tanya Kak Nia penasaran.
Aku menggelengkan kepala, karena aku juga tidak tahu mengapa Madam Devil memindahkanku ke team A yang lebih prestisius. Aku tidak punya pilihan lain ketika beliau memberikan dua pilihan berat. Dan sialnya, aku juga harus menjawabnya dalam jangka waktu singkat.
Jika aku pergi dari kantor ini sekarang, mungkin aku harus berusaha mencari profesi lain. Karena bagaimanapun menyebalkannya Sang Madam Devil, aku sama sekali tidak pernah menyangsikan ancamannya.
Aku yakin, beliau akan benar-benar memastikan, jika aku tidak akan bisa bekerja di bidang arsitektur lagi. Jadi, inilah pilihanku. Aku akan kembali bekerja di sini, walaupun aku harus menerima hukuman besar karena kelancanganku.
Satu hal yang tidak kumengerti, mengapa Bu Anna memindahkanku ke Team A? Team yang berisi arsitek-arsitek paling cemerlang di antara team-team lainnya.