Ada yang tahu, aku tidur jam berapa? Atau sebaiknya pertanyaannya kuganti. Apakah semalam aku tidur atau tidak? Jawabannya ….
Tentu saja tidak! Aku harus menghabiskan semalaman untuk mempelajari semua dokumen yang diberikan Steven, dan pagi ini dilema baru muncul di kepala.
Apa yang harus kulakukan? Di saat aku harus ketemu client, tetapi, aku takut masuk angin jika aku mandi. Ada yang mau kasih saran?
Di otakku yang mulai nge-hang ini hanya ada dua opsi. Pertama, cuci muka, dandan menor dan semprot parfum sebanyak mungkin. Kedua, izin ga masuk kerja dan pura-pura sakit. Sialnya, orang tuaku pendidik etika yang baik, jadi, dari pada aku kualat jadi beneran sakit, mau tidak mau, aku harus memilih pilihan pertama.
Cuci muka, dandan sedikit tebal untuk menutupi kantung mata panda, dan semprot parfum ke seluruh tubuhku, dan segera pergi ke kantor.
"Pagi Hermione!" panggil Kak Nia yang tidak sengaja berpapasan denganku di lobby kantor.
"Pagi, Kak," sapaku dengan suara datar, wajah tanpa ekspresi seperti mayat yang baru bangkit dari kubur.
"Ya ampun, baru sehari kamu kerja jadi asisten Mr. Boss mukanya sudah merana banget?"
Aku menarik nafas panjang. Betul sekali, aku baru sehari kerja dengan Steven dan aku memang sangat merana.
"Mau bagaimana lagi, Kak?" jawabku pasrah.
"Memang kemarin kamu ke mana? Kata Angga, kamu ga masuk kantor dan diculik Pak Steven seharian?"
"Panjang dan rumit ceritanya, Kak," jawabku lemas. Bukan bermaksud tidak ramah dan tak mau cerita, hanya kalau kuceritakan di sini, maka kita akan berakhir dengan ngerumpi seharian tanpa ingat jam kerja.
“Oh, baiklah,” jawab kak Nia dan kami berdua berjalan masuk ke kantor. Tetapi, hanya beberapa langkah, kakiku bergetar dan aku hampir jatuh ke lantai.
“Hermione? Hei, kamu baik-baik saja?’ tanya kak Nia seraya memegangi tanganku.
“A-aku tidak apa-apa,” jawabku mengacungkan jempol. Jujur, ini tidak sakit, hanya sedikit memalukan.
"Kamu beneran kecapean? Kalau begitu kita ngopi dulu, yuk," kata Kak Nia yang mulai khawatir dengan kondisi kesehatanku. Mungkin dia takut aku sakit atau tiba-tiba pingsan mendadak. Dan sebelum itu terjadi, sepertinya Kak Nia berniat menginjeksi banyak gula untuk membuat moodku menjadi lebih baik.
"Sepertinya asyik, Kak. Tapi aku tidak bisa. Aku masih harus mempelajari beberapa dokumen untuk presentasi nanti siang."
"Aku tahu kamu rajin, Sandra. Tapi percayalah, ngopi sebentar ga akan bikin karir kita berantakan, Ayo!" kata Kak Nia sambil menarikku ke arah kantin. “Duduk di situ, dan tunggu sebentar! Aku beli kopi dulu,” kata Kak Nia sambil menunjuk kursi yang ada di ujung.
Aku mengangguk, dan segera melakukan apa yang diperintahkannya. Aku segera menarik kursi dan duduk di tempat yang telah ditunjukkan Kak Nia. Akan tetapi, tiba-tiba, Mbak Sri datang dari sisi yang lain, menarik kursi, dan duduk tepat di sebelahku.
"Pagi, Hermione," sapanya sambil menaruh sepiring nasi goreng di atas meja.
"Pagi, Mbak Sri."
“Ikut makan ya! Belum sempat sarapan, malu juga kalau makan sendirian pagi-pagi gini."
"Boleh, Mbak. Gabung aja," kataku.
"Kamu sudah makan belum?" tanyanya.
Aku menggeleng, memberi tahu perutku yang keroncongan belum diisi apa-apa setelah semalaman bergadang.
"Ayo, cepat makan! Jangan diet-diet! Daripada kurus tapi sakit, lebih baik pesan makanan sana! Eh, tapi kalau pagi cuma ada nasi goreng aja. Cuma itu satu-satunya menu yang paling cepat dihidangkan ibu kantin," katanya sambil menyantap nasi goreng sarapannya. Ketika mataku melihatnya lahap, tiba-tiba nafsu makanku kembali.
"Loh, ada Mbak Sri," kata Kak Nia yang datang dengan membawa dua gelas kopi hangat. "Mbak Sri mau kopi juga?" tanya Kak Nia.
"No thanks, bisa kena maag kalau ngopi sebelum makan. Eh, Hermione, jadi sarapan kan? Ayo, cepet pesan makanana saja! Kamu laper kan?" kata Mbak Sri padaku.
"Kak Nia mau sekalian kupesankan sarapan juga?" tanyaku.
"Ga, makasih. Tadi sudah sarapan di rumah. Kamu aja, pesen sana!"
Aku segera berjalan memesan dan membayar nasi goreng yang sema seperti yang dipesan Mbak Sri, lalu segera kembali ke meja.
"Jadi? Bagaimana kemarin?" tanya Kak Nia.
"Mr. Boss, eh, Pak Steven menyuruhku datang ke salah satu site project apartemennya. Ada dua orang preman datang, mereka marah, dan hampir membuatku babak belur, lalu ...."