Aku tahu aku masih muda. Anak ingusan yang bodoh dan naif, tapi walaupun demikian, aku tetap punya pengalaman bersama dengan manusia lain di dunia ini.
Aku punya banyak teman. Ada yang baik, demikian pula yang sebaliknya. Terkadang aku menjumpai orang yang curang dan menyebalkan. Aku bahkan punya mantan yang ketahuan selingkuh. Tapi percayalah! Manusia bernama Steven Joshua adalah tipe terburuk, yang paling menyebalkan dari semua manusia yang pernah kukenal.
Ini bukan masalahku seorang, tapi juga bagi semua yang bekerja di industri kreatif. Entah sebagai arsitek, seniman, penulis, pembuat film, desainer grafis, dan lain-lain pastinya tidak akan lepas dari kasus yang bernama 'plagiarisme'.
Perampokan hak intelektual, menggunakan karya orang lain dengan manipulatif, tanpa menghargai siapa yang yang seharusnya berhak atas hasil kerja kerasnya. Hal menjijikan, dan, oh, sungguh sial, aku harus merasakan itu di awal karirku.
Aku tidak mengerti mengapa Steven setega itu padaku. Aku tidak pernah mencari gara-gara dengannya. Aku bahkan rela menolong saat dia tidak berdaya. Terlalu berlebihan jika aku mengatakan bahwa dia berhutang nyawa padaku, tapi aku sungguh tulus menolongnya.
Melihat apa yang dilakukannya padaku, ada bagian dalam diri ini yang berbisik, agar aku menyesali setiap perbuatan baik yang kulakukan untuknya. Tetapi hatiku tidak menginginkannya. Kuharap, aku bisa mempertahankan idealisme dan ketulusanku, setidaknya sampai malam ini, sampai aku bicara dengan Steven, empat mata.
Sialan! Entah apa yang ada di pikiranku ketika menggambar bangunan itu. Mungkin bosan atau jenuh ketika menunggu keadaan Steven membaik, entahlah …. Satu hal yang kutahu, aku sangat tidak menyukai desain yang telah dibuat Steven.
Aku berandai-andai, kira-kira bagaimana hasilnya jika aku merancang bangunan tersebut. Ya, aku membuat showroom versi diriku sendiri. Aku tahu, seharusnya, aku cukup menyimpannya dalam otak, tetapi sialnya tanganku terlalu gatal untuk menggambar, hingga akhirnya, Steven bisa mengambil ideku dan menayangkannya di depan Madam Devil.
Yes, desain itu 100% gambarku. Itu Sketsaku, aku bahkan bisa melihat arsiran ciri khas gambar tanganku di tayangan tersebut. Terpampang besar di layar proyektor, ditunjukkan kepada semua orang, dan sialnya dikenal sebagai karya seorang arsitek jenius bernama Steven Joshua, bukan Sandra Bayu Hutama.
Dan apa reaksi orang-orang? Aku tidak peduli bagaimana seluruh Team A bereaksi atas gambarku, tetapi ekspresi dari Sang Devil sudah mewakilkan semuanya.
Senyuman di bibir wanita itu, kilatan wajah yang menunjukkan excitement yang luar biasa, dari situ aku tahu, aku punya masa depan cerah di dunia arsitektur.
"Steven, ini bagus!" puji Madam Devil atas gambarku.
"Ini baru sketsa awal, Bu. Proporsi dan bentuknya akan diperbaiki lagi seiring dengan dimasukkannya program ruang. Ibu tenang saja, kami akan segera mengerjakan desainnya lebih detail hingga bisa dipresentasikan tepat waktu di depan client."
"Good job, Steven! Saya suka. Bentuk awalnya cukup sederhana tetapi lekukan-lekukan masa pada fasadnya benar-benar tampak sempurna. Perfect!" puji seorang Anna Gunadi.
Haruskah aku membuat poster quote lagi?
"PERFECT!"
Anna Gunadi 2021.
Ditambah keterangan seperti, quote yang keluar dari mulut Anna Gunadi tentang coretan karya hasil Sandra Bayu Hutama. Seandainya saja aku yang mempresentasikannya, akankah dia tetap memuji seperti itu?
Jika saja, suatu hari Anna Gunadi benar-benar memuji karyaku, aku sudah pasti akan menulis quote tersebut pada di semua baliho-baliho pinggir jalan. Dipuji Anna Gunadi, adalah kehormatan yang patut dirayakan oleh seantero Jakarta. Bahkan harus lebih meriah dari Pekan Raya Jakarta. Lebih tepatnya akan kutulis seperti ini.
"Good Job! Saya suka. Bangunan ini bentuknya sederhana tetapi lekukan-lekukan fasadnya benar-benar indah, perfect!"
Anna Gunadi 2021 terhadap sketsa yang dibuat oleh Sandra Bayu Hutama.