Ms. Newbie, Mr. Boss & Mdm. Devil Seri 1

Bebekz Hijau
Chapter #16

Bab 16. Lory? Lory . . . Siapa?

"Lory, Lory ...."

Tanya padaku, siapa Lory? Tidakkah kalian penasaran dengan nama itu? Baiklah, kutanya pada diriku sendiri, siapa Lory? Jawabannya adalah, drum roll please ... jengjeng, aku tidak tahu. Aku tidak tahu siapa Lory.

Sejak sampai di rumah sakit sampai hampir petang, Steven tidak berhenti menyebut nama itu. Lory! Apa dia pacarnya? Atau mungkin mantannya? Tunggu, sebelum kita berpikir ke sana, mungkin aku harus memastikan satu hal terlebih dulu.

Apakah Lory adalah nama seorang wanita? Atau, jangan-jangan nama seorang pria? Aku tidak akan menghakimi atasanku jika punya selera yang berbeda dari mayoritas penduduk bumi. Tidak semua orang menyukai jenis kelamin yang berbeda, kalian pasti tahu apa maksudku. Intinya, aku tahu secara agama itu perbuatan terlarang, tetapi, siapa aku berhak mengurusi kehidupan pribadi seseorang?

"Lory ...," panggil Steven sekali lagi. Suhu tubuhnya masih sangat tinggi. 40,7 derajat celsius, dan mungkin itu sebabnya ia berhalusinasi.

Aku pernah mendengar sebuah mitos, konon katanya manusia akan berhalusinasi ketika suhu tubuhnya sangat tinggi. Benar atau tidak, aku tidak tahu, tetapi jika melihat kondisi Steven sekarang, mungkin saja mitos itu benar.

"Tut, tut,  tut," dering telepon genggamku berbunyi.

"Halo, kak Nia?"

"Hai, Hermione. Sorry, tadi lagi mandi jadi teleponmu ga keangkat. Ada apa? Tumben kamu telepon malam-malam begini?" 

"Ng, Kak Nia, apa kakak tahu keluarga Pak Steven? Keluarga atau kerabat yang bisa di hubungi jika terjadi sesuatu padanya?"

Ada jeda panjang sebelum Kak Nia membalas ucapanku. Kira-kira apa yang membuat Kak Nia tidak menjawab? Ok, waktunya quis multiple choice.

Pilihan A. Mungkin sambungan telepon kami terputus, B. mungkin sinyalnya buruk, atau, C. dia tidak tahu jawaban dari pertanyaanku. Dan aku berani bertaruh, jawabannya adalah C. Kak Nia tidak tahu jawaban dari pertanyaanku.

"Ada apa dengan Mr. Boss?" tanya Kak Nia mencoba mengurai maksud dari pertanyaanku.

Aku tahu, aku sudah berjanji pada Steven untuk merahasiakan masalah ini dari anak-anak kantor, tapi melihat kondisinya yang semakin parah, aku tidak bisa merahasiakan hal ini lagi. 

"Dia sakit, badannya demam, tadi pingsan dan sampai sekarang masih belum sadar. Aku belum bisa pulang karena harus menunggu dia di rumah sakit."

"Waduh!" jawab Kak Nia terkejut. "Tadi di kantor, sepertinya dia sehat-sehat aja? Kok tiba-tiba sakit?"

Apa aku harus ceritakan, jika aku tahu Steven sudah sakit sejak kemarin? Sepertinya tidak, aku tidak ingin keluar dari topik pembicaraan terlalu jauh. Aku butuh informasi nomor keluarga Steven, hanya itu saja.

"Entahlah Ka, makanya, sekarang saya menanyakan tentang keluarganya yang bisa dihubungi."

"Itu dia masalahnya. Setahuku, Pak Steven yatim piatu, dia tidak punya keluarga atau saudara. Dia tidak punya siapa-siapa."

Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku tidak pernah menyangka kehidupan manusia menyebalkan ini benar-benar menyedihkan. Mungkin apa itu juga yang menjadikannya sebagai pribadi yang dingin dan menyebalkan?

Entahlah, aku tidak tahu, tidak juga ingin tahu. Satu hal yang ada di benakku, dari jawaban Kak Nia, sepertinya aku masih harus merepotkan diriku sendiri untuk menjaganya sampai sembuh.

"Baiklah, Kak. Eh, Apa mungkin aku bisa menghubungi Bu Anna? Steven anak emasnya, beliau pasti mau mengurusi semua keperluan anak buah kesayangannya," tanyaku pada Kak Nia.

Lihat selengkapnya